Lalu bukan Romeo namanya jika tak mengobrak-abrik seluruh Kota Verona demi menemukan cafe Juliet yang ternyata terpencil di sebuah gang. Dan dia berhasil dalam waktu 24 jam.
Gila memang. Jangan lupakan jika Romeo juga pemburu yang handal, setelah mengendus wewangi kancil nakal seperti Juliet, apapun bisa Romeo lakukan untuk menerkamnya.
Contohnya, contohnya dengan memesan jus strawberry dan rainbow cake lucu,—sialan. Juliet sama sekali tidak bilang kalau cafenya merupakan cafe anak yang pink dan gemoy begini.
Hanya ada 3 meja di cafe itu. Selebihnya playroom. Romeo bahkan sampai repot mengurus reservasi karena cafe Juliet cuma buka saat weekend.
Dan lucu sekali setelah weekend tiba dan dia berhasil mendapat kursi di Cafe Juliet, Laki-laki sangar dan ber-tato itu malah duduk manis dan menyendok cake lucu ke dalam mulut, seperti preman melehoy berhati hello kitty.
Nope. Malah jadi pusat perhatian mama-mama muda yang bergosip mengagumi, "Oh Ya Tuhanku! Siapa berondong sexy vibes sugar daddy itu?"
"Anu— " Juliet memeluk nampan di dadanya, lalu mendekati Romeo dengan alis mengernyit.
"Romeo? Kita bisa pindah ke atas kalau kamu gak nyaman, eum. Kamu agak, ah bagaimana mengatakannya ya? Intinya kamu terlihat mencolok disini dengan aura gelap kayak gitu, bisa nakutin anak-anak," Juliet merasa prihatin. Tapi, kalimatnya mengandung cemooh yang membuat kuping Romeo jadi panas.
"Aura gelapku nakutin anak-anak, katamu?!" Romeo tentu tak mau kalah, ia meletakkan sendok disamping piring cake gemoy-nya lalu menaikan dagu. "Kupikir cafemu bakal lebih glamor dari penampilanmu kemarin di pesta, tapi apa ini?"
"Aku suka anak-anak." itu bohong besar, Juliet lalu tersenyum palsu melirik anak-anak kecil yang berlarian di playroom.
"Kenapa? Jangan bilang kau mau jadi ibu yang baik." Romeo remeh menimpali.
"Hng, dengar ya, Tuan sok iya. Nilai seorang wanita yang berkelas gak bisa hanya dilihat dari gaya glamor dan kecantikan, dan bukankah senang melihat anak-anak itu bergembira dan bermain?" Juliet beralasan.
Romeo malah tak habis pikir, di otaknya Juliet ini memang seperti permata yang ia temukan didalam tumpukan jerami. Cerdas, mahal, keibuan lagi. Romeo sepertinya percaya dan keok dengan pesona Juliet yang tak biasa, sssh! Padahal dia ini sedang ditipu habis-habisan.
"Jadi, apakah ada satu kesempatan buat diriku?" Romeo bangkit, mengekor dibelakang Juliet yang kini menuntun jalan menuju lantai dua.
Juliet menoleh kebelakang, "Maksudnya?"
"Buat jadi suamimu, Juliet."
"Maaf? Apa?"
"Jadi suamimu—"
".... "
Juliet hening terkesiap. Kata-kata to the poin Romeo seperti mencubit kecil jantungnya. Lalu dia sadar.
"Aduh! Gila ya? Jangan bercanda." ucap Juliet tak percaya dan tawa canggungnya berderai di udara, sementara laki-laki itu tampak konyol dengan muka memelas. Padahal, sama sekali gak cocok dengan imagenya yang selama ini garang dan buas.
Romeo berkata, "Aku didesak oleh nyonya Lyly untuk segera menikah dan meredam rumor jika aku adalah pemain wanita. Kata beliau, rumor itu gak bagus buat reputasinya. Aku gak mau buang waktu. Aku menyukaimu, jadi ayo menikah."
Menyimak sebentar, Juliet menautkan alisnya masih heran, laki-laki ini beneran suka padaku atau dia memang bodoh ya? secepat ini melamar? pikirnya. Ya, walau Juliet juga aji mumpung sebab tawaran Romeo cukup menguntungkan buatnya mendekati Romeo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Killing Romeo (Dark-romance) [𝐘𝐞𝐣𝐢-𝐇𝐲𝐮𝐧𝐣𝐢𝐧] 𝐘𝐞𝐨𝐧𝐣𝐮𝐧]
FanfictionWarn:23+ ‼️complete story (Follow, vote, comment). Bahasa indonesia Sinopsis:Kisah cintanya dengan Romeo seperti titik lebur yang berbahaya karena dia telah disewa untuk melenyapkannya. Perempuan itu berdiri dengan prinsip se-kokoh batu karang, t...