Part# 17

990 134 21
                                    

Happy Reading

.
.
.










__

Satu bulan sudah persahabatan Karina dan Winter hancur, hancur karena kesalah pahaman. Bukan Winter tidak berusaha menjelaskan semuanya, tapi Karina yang selalu memaki dan berakhir mengusirnya kadang membuat Winter lelah.

Orangtua Karina sering kali menanyakan kenapa Winter sudah tidak lagi sarapan bersama, atau Winter yang berkunjung kerumahnya. Entah Yoong maupun Tiffany kedua paruh baya itu merasa heran, tetapi saat bertanya, Karina hanya akan menjawab mereka sedang ada sedikit masalah dan tidak menjelaskan apapun.

Karina benar-benar menjauh dan membenci Winter termasuk ketiga temannya juga ikut membencinya. Bagaimanapun Winter menjelaskan, Karina hanya akan tetap marah dan kecewa, dia sangat tidak ikhlas saat tubuhnya disentuh orang yang tidak dicintai.

Namun sejujurnya dalam hati kecilnya Karina merindukan sosok itu, dia meyakini Winter tidak akan berbuat seperti itu, namun ego dan apa yang dilihatnya lebih membuatnya membenci ketimbang memaafkan.

"Hey ngelamunin apa sih, makanannya gak disentuh". Karina tersadar, jemari Jungwoo meremasnya diatas meja.

Hanya sebuah gelengan pelan untuk menjawab sebelum memakan makanannya.

"Makasih ya Kak, kamu udah mau terima aku meski Winter udah sentuh aku". Dan Karina selalu merasa bersalah pada sang kekasih. Karina selalu merasa beruntung memiliki Jungwoo disisinya, yang baik, perhatian dan menerimanya apa adanya.

"Aku cinta sama kamu, bukan hanya karena kamu yang sempurna tapi karena itu kamu sayang. Cinta itu bukan tentang kesempurnaan tapi juga kekurangan". Dan air mata Karina sukses menetes mendengar ucapan Jungwoo yang serius, dia mengenggam erat tangan Jungwoo.

Jika Winter telah menyakitinya maka dengan bersama Jungwoo perasaannya kembali tenang dan menghangat.

"Aku gak tau kenapa aku bisa dapetin laki-laki sempurna kayak kamu Kak, makasih sayang, aku bener-bener beruntung". Jungwoo mendekatkan kursinya dan menarik Karina dalam dekapannya, menghapus air mata sang gadis.






..

"Gimana udah tidur kan anaknya?". Ryujin mengangguk, kemudian dia menghempaskan tubuhnya disofa dengan helaan nafas yang terdengar lelah.

Lucas dari dapur memberikan kopi pada Ryujin dan Yena.

"Asli gak tega gue liat Winter udah kayak mayat hidup". Lucas ikut duduk disana, wajahnya tidak jauh berbeda dari Ryujin maupun Yena.

"Gedek gue sama Karina, berapa lama sih dia kenal Winter? Bisa-bisanya lebih percaya sama omongan busuk si anjing".

"Emang pasangan anjing, mau digimanain juga tetep tutup mata".

"Btw Cas, ini lo kasih kopi item makin gak bisa tidur anjir". Celetuk Yena setelah menyesap kopi buatan Lucas.

"Temenin gue lah, gue gak bisa tidur".





Obrolan tiga temannya samar Winter bisa mendengarnya, dia turun dari ranjangnya setelah berpura-pura tidur.

Pandangannya selalu dan terus tertuju pada jendela kamar Karina yang bahkan tirainya selalu tertutup rapat sejak satu bulan yang lalu.

"Aku bahkan gak tau apa yang terjadi hari itu, tapi kamu malah kayak gini Rin. Aku udah berusaha buat selamatin kamu tapi kamu malah salah paham dan gak percaya sama penjelasan aku". Suara lirih dengan tatapan sendu, Winter terus memandang pada jendela sang tetangga.

Pacar (Sahabat) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang