Part# 2

1.2K 128 3
                                    

Happy Reading

.
.
.







__


Tidak perlu repot mengetuk pintu, karena Winter sudah terbiasa dengan rumah dan keluarga Karina.

Karena tidak menyewa pembatu maka Winter hampir setiap pagi selalu sarapan bersama keluarga Mahendra. Winter sangat akrab dengan orang tua Karina, terutama Ibu Karina, Winter juga dekat dengan kakak serta adik Karina.

"Pagi Kak Winter". Suara ceria dari gadis yang duduk dimeja makan menyapa Winter dengan suara cemprengnya. Winter tersenyum hangat dengan tangan yang mengusak lembut surai si gadis berseragam SMP.

Milky cemberut mendapati Winter yang mengacak tatanan rambutnya, tapi tidak bertahan lama saat Winter mengatakan akan membelikannya banyak coklat. Adik Karina, Milky Alkhatiri Mahendra itu sangat menyukai makanan berwarna gelap itu.

"Winter gimana keadaan Mama Papa kamu sayang?". Tiffany bertanya setelah meletakan piring berisi banyak telor ceplok. Liburan kemarin Winter pergi ke California dimana kedua orangtuanya tinggal.

"Baik kok Tan, Mama bilang semingguan ini bakal ke Jakarta". Winter menjawab, tangannya mengambil satu telor ceplok namun bukan mendarat dipiringnya, malah mendarat dipiring Karina.

Karina tersenyum jahil dan kembali meletakan piringnya didepannya, membiarkan Winter yang hanya pasrah.

"Udah lama Jessica gak ke Jakarta, nanti kalo udah balik Tante ajak belanja".

"Bunda belanja terus, itu baju dilemari udah banyak mau dikemanain sih". Yoong Mahendra menyela. Memang tidak akan habis uangnya sekalipun sang istri ingin membeli butiknya, tapi tetap saja itu pemborosan namanya.

"Bunda, Abang berangkat langsung aja ya, udah telat nih". Dari arah tangga, sosoknya belum kelihatan tapi suaranya sudah menggema.

"Eh Bang tunggu, Bunda siapin bekel dulu".

"Udah telat Bun".

"Bang Sam udah sih nurut. Bunda udah repot masak, terus Abang malah gitu". Samuel mengerucutkan bibirnya, kalau sudah satu menyahut pasti semua ikutan, jadi dia pasrah menunggu Bunda Tiffany menyelesaikan membuatkannya bekal.

"Buru-buru amat kenapa Bang?". Winter bertanya sembari mengunyah.

Samuel mengambil satu buah nugget dan melahapnya. "Biasa mau jemput gebetan. Bunda cepet telat nih Abang". Samuel berbisik pada Winter sebelum akhirnya berteriak pada sang Ibu karena merasa sudah telat.

Winter tersenyum, Samuel sering curhat padanya, jadi dia paham maksud Kakak Karina ini.

"Makin lancar nih kayaknya, udah jemput-jemputan". Winter tersenyum jahil "Kalo jadi, Starbucks seminggu ya". Samuel berkedip lalu meraih bekalnya yang sudah dibungkus rapih.

"Abang gak boleh teriak sama Bunda gak sopan". Yoong mengingatkan, anaknya satu ini memang suka sekali berteriak. Samuel patuh, walau Ayahnya sangat ramah dan bisa diajak bergurau tapi saat marah itu sangat menyeramkan.

"Di abisin, balik Tupperware Bunda juga harus utuh. Udah tiga kali ya kamu ilangin Tupperware Bunda". Samuel mengangguk.

"Iya Abang berangkat, dah semua". Samuel pergi dengan berlari.

"Kebiasaan si Abang". Karina mendumel tapi tetap lanjut memakan sarapannya.

"Bunda, Milky bareng Sully ya, nanti sekalian mau beli buku".

Pacar (Sahabat) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang