Sorry for typo..
Happy Reading
.
.
.__
Karina berlari disepanjang koridor rumah sakit dengan tangisan, dia tidak peduli pada beberapa orang yang ditabraknya, dia hanya ingin melihat dan mengetahui kondisi Winter. Melupakan Giselle yang sejak tadi mengejarnya harus meminta maaf untuknya.
Karina yang mendapat kabar jika Winter masuk rumah sakit, bahkan langsung pergi tanpa memikirkan apapun, dan lihatlah dia hanya menggunakan satu kaos kebesaran dengan celana training abu. Dia tidak peduli, yang terpenting saat ini adalah melihat Winter.
Melihat nomor kamar rawat Winter dari jauh, Karina mempercepat langkahnya dan membuka kasar pintu disana.
Langkah Karina berhenti begitu saja. Sementara tiga orang disana menoleh kaget pada Karina yang membuka pintu dengan kasar.
"Karina". Guman Winter yang baru saja menyelesaikan makan siangnya dengan dibantu Minju.
Giselle yang baru datang, juga terhenti diambang pintu sedikit dibelakang Karina. Gadis itu coba melihat situasi.
Tidak bisa dipungkiri ada sesuatu yang menyesakkan saat melihat Winter dengan gadis lain, terlebih selama ini Winter tidak terlalu suka berinteraksi dengan gadis asing, hanya dirinya. Karina yang selama ini bisa bebas didekatnya.
Karina melangkah pelan mendekati Winter, sementara Minju meletakkan mangkuk bubur Winter dinakas dan sedikit menjauh agar Karina bisa menepati tempatnya tadi.
Daripada memikirkan rasa sesaknya, untuk saat ini Karina hanya ingin mengetahui kondisi Winter.
"Kayaknya gue mau beli kopi dulu, mata gue ngantuk". Jeno yang juga berada disana memilih pergi, dia memberi kode pada Minju yang juga langsung dimengerti.
"Gue ikut deh". Giselle berseru padahal dia belum menanyakan kondisi Winter. Tapi mungkin saat ini biarlah Karina yang menemaninya.
"Ayo". Jeno menoleh pada Winter "Win inget yang gue omongin". Winter hanya menatap Jeno tanpa bereaksi apapun. Entah apa dia bisa bersikap biasa saja, memang seharusnya jika ingin move on tidak boleh bertemu setiap hari.
Winter mengulum bibirnya yang kering, sementara ketiga orang tadi sudah mulai pergi, dan hanya ada Karina juga Winter.
"Aku gak papa kok Rin". Lirih Winter melihat jejak air mata diwajah sahabatnya. Dan bukan hanya itu, tapi wajah Karina juga terlihat lebih pucat dengan kantung mata yang membesar.
Dan bagaimana bisa Winter untuk tidak peduli pada sosok didepannya ini.
"Kenapa kamu sebaik ini Win, kamu tau? Aku lebih nyesel sekarang". Suara serak Karina diiringi dengan tangisannya.
Karina terisak disana. Winter meraih tubuh Karina dalam dekapannya. Tidak, ia bukan berniat mengabaikan perkataan Jeno. Tapi mungkin ini adalah pelukan terakhirnya sebelum dirinya benar-benar melupakannya.
"Jangan nangis atau aku makin sakit". Bukan malah berhenti tangisan Karina semakin deras sampai membasahi piyama pasien yang Winter kenakan.
"Jungwoo udah masuk penjara, semua foto-foto kamu dan aku udah gak ada. Kamu udah bisa tenang sekarang, jadi plis ya kamu jangan nangis-nangis lagi. Aku gak suka liatnya". Winter merasakan pelukan Karina yang semakin erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar (Sahabat) √
FanfictionKisah sepasang sahabat yang salah satunya jatuh cinta, akankah dia mampu mengubah tali yang mengikat persahabatan itu menjadi pasangan yang berbagi cinta ⚠️ GenderSwitch ⚠️ Semi baku ⚠️ 17+ Winter ⬆️ Karina ⬇️