◄• 14 •►

4.9K 836 34
                                    

Info, kalian part 12-13 aman?
Jam segini masih melek gak? Malem mingguan sini sama Ajel ehe.

Part ini berisi masa lalu Hazel.
Masih banyak kekurangan!!

---------------------

Tiga tahun lalu.

Tahun dimana sebuah pertemanan yang terikat erat masih terjalin.
Tahun dimana senyuman 3 laki laki masih merekah cerah.
Dan tahun dimana semua kebusukan terkuak.

Seorang lelaki memilih duduk ditepi atap sebuah gedung tingkat 11 dengan mengabaikan banyak panggilan tak terjawab diponselnya.

Tangannya mencengkram kuat rambutnya yang mulai rontok.

"Setengah dunia isinya cuma orang orang munafik, pengkhianat." gumamnya dengan mata yang terpejam seraya memutar ulang ingatannya tentang sore hari tadi.

Brak.

"Gavero!" suara seruan memanggil namanya terdengar setelah pintu yang ia sengaja kunci terbuka paksa.

Tanpa menoleh, dirinya sudah tahu siapa pemilik suara tersebut. Terdengar seperti suara pengkhianatan.

"Lo belom denger tentang semuanya, Gav." seorang lelaki berkacamata mendekat dengan rambutnya yang berterbangan diterpa angin kencang.

Gavero berdecih dan berdiri.
Ia turun dari sebuah undakan pembatas dan berkacak pinggang melihat lelaki yang tingginya sama dengannya.
"Gak ada yang perlu gue denger. Lo dan adek kesayangan lo itu udah salah dimata gue."

Jaden menggelengkan kepala. "Bukan tentang itu semua."

"Terserah lo! Lo nyembunyiin semuanya dari gue padahal lo semua tau kalo yang lo sembunyiin yang selalu gue sebut namanya, sialan." ekspresi marah Gavero sudah tidak bisa terkontrol, lelaki itu termakan emosi besar yang siap meledak.

"Kita nyembunyiin karena masalah mental lo juga, Gav. Lo egois banget kalo nyalahin kita doang." suara lain terdengar dari arah pintu. Hazel menukik alis menatap Gavero dan Jaden.

Gavero mengetatkan rahangnya mendengar penuturan Hazel.
"Gue bukan orang gila! Yang lo semua omongin cuma masalah mental gue, entah berapa kali gue bilang gue sehat!"

"Orang yang mentalnya sehat gak mungkin ngelakuin percobaan gantung diri di kamarnya, tolol." sahut Hazel cepat. Ia tidak suka hanya ia dan kembarannya yang disalahkan.

"Ya gue ngelakuin itu juga karena kelakuan kalian!!"

Jaden mendekati Gavero seraya berbicara, "Kita obrolin baik baik. Ada yang harus lo tau,"

Gavero berjalan mundur, "Gak perlu. Yang lo omongin isinya kebohongan."

Tanpa disadari oleh semuanya, Hazel dengan langkah besarnya sudah berdiri dibelakang Gavero dan menahan bahu lelaki itu. "Ini soal Rasella."

Mendengar nama itu, Gavero berhenti memberontak.

"Rasella sakit jantung, dia dirawat selama lima bulan sebelum milih mengakhiri sakitnya dan pindah ke akhirat." Jaden buka suara ketika sudah didepan Gavero. "Kita minta maaf karena belum bisa ngasih tau lo tentang semuanya. Lo terlalu sulit dikasih tau selama ini, lo selalu nyebut nama Rasella dengan nada yang bahagia. Kita gak bisa ngancurin kebahagiaan lo."

Mata Gavero bergetar menatap Jaden tak percaya. "Lo semua... Sembunyiin ini dari gue selama ini? Bahkan udah dua bulan lebih semenjak Rasella meninggal. Gila, lo jahat banget." kepala Gavero menggeleng tak percaya, dirinya melangkah menjauh dari tengah tengah kakak beradik itu.

Hello, Hazelnut! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang