As always, vote first.
• ° • ♡ • ° •
"Ya Allah, Aruna.."
Pelukan erat dirasakan Aruna saat dirinya baru saja memasuki kelas yang sudah seminggu tak ia datangi.
Emara mengurai pelukannya kemudian menatap Aruna dengan mata berkaca kaca.
"Kamu udah baik baik aja?"Aruna tersenyum kemudian mengangguk, "Tapi ini," tangan kiri yang diperban bagian telapak ia angkat. "Masih diperban." lanjutnya diakhiri cengiran.
Emara mengambil tangan kiri Aruna kemudian ia usap usap di telapaknya. "Bismillah, besok udah lepas perban."
"Amin." ucap Aruna tersenyum senang.
Dirangkulnya Emara kemudian ia bawa menuju tempat duduk.Emara menghadap belakang agar bisa berhadapan dengan Aruna di kursi belakangnya.
"Aku bikin catatan pelajaran selama seminggu ini buat kamu, Na. Nanti dibaca baca, ya." diberikannya sebuah buku tulis yang bertuliskan nama Emara dibagian covernya.
Aruna menatap buku tersebut terharu, "Baik banget, Ma. Mau nangis.." cicit Aruna diakhir mengangkat senyum manis Emara.
Keduanya tertawa menyadari ucapan Aruna terlalu berlebihan.
"Emangnya mulai ujian kapan?" tanya Aruna seraya melepas tas ranselnya.
Emara mengambil ponsel didalam tas lalu menyibukkan diri disana. Dalam hitungan detik, Emara memperlihatkan layar ponselnya yang retak kecil kedepan wajah Aruna, disana tertera jadwal ujian yang padat mulai dari dua minggu mendatang.
"Wahh.. Ujian prakteknya banyak banget." ucap Aruna melihat jadwal minggu minggu ujian yang sudah tersusun rapih.
Emara mengangguk kemudian menyimpan ponselnya kembali. "Karena ujiannya udah deket, kita harus sehat gak boleh sampe sakit."
Aruna mengangguk menyetujui kata kata Emara.
Helaan nafas keluar dari Aruna.
"Gue ketinggalan banyak pelajaran, jadi pesimis dapet nilai bagus." kepalanya tertunduk menyesali perlakuannya di minggu sebelumnya.Dasar bodoh.
Emara menggelengkan kepala tak setuju, "Gak boleh begitu, Aruna." diambilnya tangan kanan Aruna kemudian ia usap. "Ada Allah, kamu bisa berdoa ditambah usahanya, yaitu belajar. Kita bisa belajar bareng, kok."
Binar indah timbul dimata Aruna.
"Mau peluk Ema, boleh?"Emara tertawa dengan wajahnya yang semakin berseri cantik.
"Minggir,"
Suara berat terdengar dari samping mereka.
Keduanya menoleh melihat Hazel berwajah datar sudah berdiri disamping meja Aruna.Emara menurunkan pandangan, matanya kembali menatap Aruna. "Nanti kamu chat aku aja, ya. Aku kosong setiap sore."
Aruna menatap Emara lalu mengangguk, "Makasih banyak ya, Emara."
"Makasih kembali." jawab Emara sebelum membalikkan diri menjadi menghadap ke depan.
Aruna berdiri kemudian mempersilahkan Hazel duduk dipojok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Hazelnut! [END]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] [Status: Tamat | Part lengkap] Sequel BUMI. Bisa dibaca secara terpisah. --- Ketika dia terlalu ramai untuk seseorang yang menyukai kesendirian. "Nama lo aneh tapi gue tetep bakal jadi temen lo, kok." "Kita temen 'kan, Haz...