◄• 31 •►

4.4K 888 83
                                    

Gatau kenapa aku bingung sama part ini, jadi maaf kalau kurang puas.

Happy reading!

• ° • ♡ • ° •

Tin.. Tin..

Dihentikannya mobil hitam yang Hazel kendarai pagi ini didepan rumah berpagar hitam yang tidak terlalu tinggi. Klakson telah Hazel bunyikan dua kali, kini tinggal menunggu anak pemilik rumah keluar.

"Jel, gue depan, ya?" celoteh Jaden yang tak berhenti bernegosiasi dengan Hazel sejak berangkat. Hazel berdecak.

"Lo yang nyetir."

"Enggak! Ah, lo mah gitu!" Jaden membuang muka kesal. Ia tidak suka duduk di jok penumpang belakang kalau tidak ada temannya.

"Hazelnut!"

Hazel menoleh melihat kearah pagar yang menampakkan Aruna membawa satu tas besar beserta dua tas tenteng yang lumayan penuh. Buru buru Hazel keluar dari mobil menghampiri Aruna dan menggantikan posisi Aruna.

"Eh, gue bawa yang-"

"Masuk." Aruna langsung menutup rapat bibirnya lalu melangkah ke pintu mobil jok belakang. Saat dibuka ia malah menemukan Jaden yang memasang wajah merengut.

"Duduk depan sama gue."

Setiap ucapan Hazel entah mengapa dituruti Aruna terus, seolah tubuhnya merespon suara Hazel duluan daripada pemilik tubuh. Agak aneh.

Hazel meletakkan barang bawaan Aruna ke tempat kosong disamping Jaden kemudian lelaki itu pun kembali ke tempat awalnya.

Sebelum melajukan mobil, Hazel lebih dulu melihat kearah Aruna yang sudah siap untuk pergi. Hazel menghela nafas kemudian mendekat kearah Aruna hingga Jaden dan Aruna melotot melihatnya.

Ctak.

"Pake sabuk pengaman." ucapnya dengan jarak dekat.

Jaden memandang tak percaya adiknya tersebut. Apa apaan Hazel itu? Jaden jadi merasa dibalap.

🥜🥜🥜

Sampai pukul setengah 9 pagi di sebuah tempat perkemahan yang ada di Bogor. Hanya mereka yang terlambat karena Hazel salah masuk tol. Maklum, Hazel mainnya kurang jauh.

Ketika sampai disana, terlihat semuanya sedang memasang tenda dan perintilannya. Terlihat saling membantu kecuali...

"Bang Hazel!"

Aruna sudah menajamkan mata ketika suara itu terdengar. Tanda bahaya, lelakinya harus dilindungi.

Benar saja, seorang perempuan mungil dengan riasan yang lumayan terlihat menggemaskan berdiri didepan Hazel dan Aruna. Kaynara melambai ceria pada Hazel.

"Lama gak ketemu, gimana kabarnya, Bang?"

"Cih. Basa basi doang." cibir Aruna tak ditanggapi Kaynara.

Hazel pun tak menjawab dengan kata kata, melainkan gerakan tangannya yang merengkuh pinggang ramping Aruna hingga tubuh Aruna bergeser menempel pada Hazel.

Aruna menundukkan kepalanya menyembunyikan rona merah yang timbul di pipinya. Tunggu, apa yang Hazel lakukan?

"Bang Hazel... Pacaran sama Kak Aruna, ya?" tanya Kaynara dengan mata memastikan kalau yang dilihatnya tadi salah. Tapi tetap saja tangan lelaki penyuka kucing itu ada di pinggang saingannya.

Hello, Hazelnut! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang