◄• 48 •►

4.2K 991 126
                                    

Vote bang!

• ° • ♡ • ° •

15 menit lalu bel pulang berbunyi.
Dan dalam 15 menit, Hazel dan Aruna sudah sampai didepan rumah Aruna.

Turun dari motor Hazel, Aruna menundukkan kepala. Hazel melepas helm dan menatap Aruna bingung.

"Kenapa?"

Aruna mengangkat kepala menatap Hazel sedih. "Aku prioritas kamu bukan?"

Kening Hazel mengernyit, maksudnya apa?
"Kenapa nanya begitu?"

Aruna terdiam kepalanya menggeleng dan bibirnya mengulum senyum. "Gak jadi. Pulang sana, jangan ikutan Jaden tawuran."

Hazel mengangkat alis, ia turun dari motor dan berdiri dihadapan Aruna. Tangannya menangkup pipi Aruna hingga kepala Aruna mendongak menatapnya.

"Kenapa, Aruna?" tatapan lembut diberikan Hazel hingga Aruna merasa tenang.

Perempuan itu memeluk Hazel, menyembunyikan wajah di leher pacarnya. Hazel dengan senang hati membalas pelukan Aruna ditambah usapan kecil di punggung gadis itu.

"Maaf, prioritas utama aku Mama, kedua Mella, baru kamu." bisik Hazel membuat Aruna semakin menenggelamkan kepalanya.

Hazel mengusap belakang kepala Aruna dengan sayang. Hidungnya menghirup aroma bunga dari rambut hitam Aruna.

Aruna menguraikan pelukan menatap Hazel sendu. "Kamu sayang aku 'kan, Jelnut?"

Hazel mengerutkan kening seolah tengah berpikir. "Menurut kamu?"

"Tapi kamu gak pernah bilang sayang ke aku." bibir Aruna mengerucut membuat Hazel gemas.

Tangan Hazel mengacak pucuk kepala Aruna lalu dirinya naik keatas motor.

"Dasar aneh." ucapnya sebelum memakai helm.

Aruna menatap Hazel bingung. Hanya itu responnya?

"Kamu-"

Meong...

Keduanya menatap kearah suara tepatnya kesamping kaki Aruna yang terdapat kucing dua warna, putih dan cream tengah menjilati tangan.

"Hai, Vei." Aruna berjongkok dan menggendong kucing yang saat itu ia adopsi dari Hazel. "Say hi dulu sama Papi, sayang." Aruna mengangkat satu kaki depan kucing digendongannya lalu ia lambaikan tangan kucing tersebut.

Hazel menahan senyumnya, sebenarnya ia merasa gemas ingin memegang. Tapi kembali ke awal, ia takut.

"Aku pulang." pamit Hazel membuat Aruna menatap lelaki itu.

"Jangan tawuran, loh. Aku denger dari Jaden kalian mau nemuin Leon Leon itu. Ih, kamu udah tua tawurannya sama anak SMP."

Hazel menyalakan motornya tak menjawab Aruna. Saat akan melajukan motornya, Hazel menatap Aruna terlebih dahulu.

"Aku sayang kamu, bawel." ungkap lelaki itu sebelum dirinya menutup kaca helm dan melajukan motornya memutar balik arah dan pergi dengan cepat.

Ditempat, Aruna mematung sampai Vei yang digendongnya terlepas dan lari masuk rumah.

Apa apaan tatapan tadi? Jantung Aruna menjadi berisik.
Rasanya ingin terbang.

Hello, Hazelnut! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang