Ih aku liat liat kok aneh ya, readers part 12-13 kebalik, part 14-15 juga kebalik. kalian bacanya ngacak atau emang sistemnya eror??
Ini aku revisi di jam istirahat, dan disini lagi ada podcast jadi aku kurang fokus. Maaf kalau banyak kesalahan.
°◦✯◦°
"Kacang udah gak marah lagi?" netra hitam itu menerjap menatap lelaki yang datang malam hari ke ruang rawat inapnya.
Hazel tak menjawab, lelaki itu sedang sibuk mengotak atik ponsel yang kelihatannya eror.
Aruna berdeham mengamati kegiatan Hazel. Mulai dari Hazel mengetuk ngetuk layar ponsel, membenturkan ponsel tersebut di besi brankar sampai lelaki itu berani membongkar perangkat ponsel mahal tersebut.
Aruna yang melihatnya saja meringis.
"Jangan digituin, Kacang. Nanti kalo rusak gimana?"
Helaan nafas terdengar, "Udah rusak." jawabnya lalu meletakkan kasar ponsel yang sudah tidak berfungsi itu ke atas nakas.
Hazel menyandarkan punggung lebarnya di sandaran kursi yang didudukinya, matanya menatap Aruna datar. "Pulang kapan?"
Aruna terdiam sesaat sebelum senyum jahilnya keluar. "Cieee.. Kangen main sama gue, ya?"
Delikan tajam Hazel berikan pada Aruna.
Hazel selalu penasaran, sebenarnya isi pikiran Aruna itu apa?"Kalo kata dokter sih besok siang udah boleh pulang, cuma harus sering ganti perban aja di kaki. Lagian kaki gue masih nyeri." jelas Aruna seraya menatap kakinya yang di gips.
Tidak parah, namun awalnya untuk digerakkan saja sakitnya luar biasa. Kini sakit itu tersisa rasa nyeri dan ngilu.Ceklek.
Hazel dan Aruna menoleh ke arah pintu.
Luna, Mama Aruna muncul dari balik pintu dengan senyum yang merekah manis. Mirip Aruna."Eh, ada Hazel." Hazel berdiri mengangguk kemudian menyalami tangan Luna. Ia persilahkan Luna untuk duduk dan membiarkan ia sendiri berdiri.
Luna berterimakasih kemudian mengeluarkan barang bawaannya.
"Mama bawa makan lagi, ya? Runa gak mau makan, lho!" Aruna lebih dulu mewanti wanti. Ia lelah disuapi banyak makanan sejak kemarin, padahal ia hanya luka luka bukan kekurangan gizi.
Luna mendesis kesal, "Biar kamu cepet sehat, Runa. Lagian ada Hazel juga disini jadi 'kan bisa makan bareng. Iya 'kan, Hazel?" Luna mendongak menatap Hazel. Hazel tersenyum tipis hanya bisa mengangguk pelan.
"Ma, nanti kalo makan terus yang ada berat badan aku nambah. Aku udah lama banget gak olahraga, Mama mau anaknya ngembang?" Runa berusaha menegosiasi, jujur saja dia hampir muntah makan terlalu banyak. Mamanya ini tidak berhenti menyuapinya setiap 2 jam sekali dengan menu makanan yang berbeda beda.
Luna menggeleng seraya memisahkan nasi dengan ayam yang ia masak dari rumah.
"Kalo kamu ngembang pun Hazel masih mau sama kamu, Na."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Hazelnut! [END]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] [Status: Tamat | Part lengkap] Sequel BUMI. Bisa dibaca secara terpisah. --- Ketika dia terlalu ramai untuk seseorang yang menyukai kesendirian. "Nama lo aneh tapi gue tetep bakal jadi temen lo, kok." "Kita temen 'kan, Haz...