Ikan kodok ikan tomat
⊶⊶☆⊶⊶
Sebuah gerombolan kecil terdiri dari 5 orang sedang mengisi bangku barisan belakang tempat seorang Hazel dan Aruna duduk.
Aruna yang sudah masuk sekolah itu tengah menyingkir, bergabung dengan Emara dan satu teman lainnya.
Walau bergabung ditempat lain, telinga Aruna tidak lepas mendengarkan percakapan para lelaki yang tengah berbisik bisik."Punya lo berapa cm?"
"Suuttt.. Jangan kenceng kenceng, bego. Malu!" bisik Kalandra mengingatkan Raja.
Raja menutup mulutnya kemudian mengangguk.
"Gue 16 cm. Lo berapa?" Kalandra bertanya pada Raja.
"Idih najis, pendek banget. Gue 21 cm pas." ujar Raja dipelototi Kalandra. "Lo berapa, Than?"
Athan menunduk melihat benda dipahanya. "Sekitar 20 cm-an. Liat aja,"
"Wihh, iya bener." Raja terlihat kagum. Teman temannya segera meletakkan jari telunjuk didepan bibir untuk menahan suara Raja.
"Itu mah belom seberapa, punya Hazel tuh lebih panjang, gede lagi. Berapa, Jel?" Jaden mengikut lengan Hazel disebelahnya.
Hazel menunduk kemudian menjawab, "Tiga puluh lebih."
"Wow!!" Raja langsung terkejut hingga lelaki itu berdiri dari tempat duduknya.
"Percuma panjang, itu juga punya Aruna." celetuk Kalandra yang tak ingin kalah.
"Woy, lo pada bahas apaan, sih? Gak malu didenger orang sekelas?" Aruna berucap keras menengahi percakapan ambigu para lelaki dipojok kelas.
Jaden menoleh menatap Aruna, "Kenapa? Mau gabung? Emang punya?"
Wajah Aruna bersemu bersama pikirannya yang sudah berkelana.
Aruna menggelengkan kepala kemudian membuang muka, memilih menatap Emara yang sedang membuka kotak bekal.
"Jangan didengerin, Na. Kasihan telinganya dosa." Aruna mengangguk kemudian menyandarkan kepalanya dibahu Emara. "Mau?" tawar Emara mengangkat sesendok nasi goreng tanpa kecap.
Aruna membuka mulutnya siap menerima."Woy, Runa. Gabung sini aja, Jaden mau gantiin tempat lo katanya." suara Raja yang usil terdengar ke seluruh sudut ruang kelas.
Jaden yang namanya disebut membulatkan mata kemudian berdiri untuk memiting kepala Raja.
Jaden aslinya sedang salah tingkah, matanya tadi tak sengaja bersitatap sebentar dengan Emara, perempuan sesejuk ubin masjid."Gak mau! Lo pada lagi ngebahas yang jorok jorok!"
Sontak 5 laki laki tersebut bertukar pandangan.
Apanya yang jorok jorok? Begitu pikirnya."Lah? Emang kita tadi ngomongin apaan?" tanya Kalandra berbisik.
"Penggaris kalo gak salah." jawab Jaden ikut berbisik.
Athan mencondongkan tubuhnya mendekat ke tengah, "Emang itu jorok, ya?"
"Runa, Emang ngomongin penggaris jorok, ya?"
Blush.
Tak hanya Aruna, Emara juga ikut malu.
🥜🥜🥜
"Emm.. Hazelnut," panggil Aruna yang berjalan disamping Hazel. Dirinya dipapah oleh lelaki itu sebab ia masih kesulitan berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Hazelnut! [END]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] [Status: Tamat | Part lengkap] Sequel BUMI. Bisa dibaca secara terpisah. --- Ketika dia terlalu ramai untuk seseorang yang menyukai kesendirian. "Nama lo aneh tapi gue tetep bakal jadi temen lo, kok." "Kita temen 'kan, Haz...