Minal aidzin walfaidzin
Maafin segala kesalahan ra yang sering ngeprank kalian yaa:)Happy Reading!
Tandai typo!!• ° • ♡ • ° •
Sore menjelang malam ditemani cahaya senja yang mewarnai, Hazel dan Aruna melangkah bersama menuju taman yang disediakan di rumah sakit tempat Hazel dirawat.
Lelaki dengan kepala yang dililit perban mengikuti langkah perempuannya yang tampak riang.
"Udah sore, Runa."
Aruna menoleh lalu menyengir. "Tapi tamannya bagus, coba lihat dulu, deh." ajaknya masih tetap menarik tangan Hazel.
Hazel hanya pasrah mengikuti.
Sampai di taman hijau yang tak begitu ramai, orang orang yang berpakaian khas rumah sakit seperti Hazel saat ini terlihat sedang menikmati semilir angin yang berhembus melewati taman.
Benar kata Aruna.
Tamannya bagus."Kamu duduk sini, aku tinggal sebentar." Aruna menuntun Hazel duduk di bangku taman yang kosong.
Setelah Hazel menurut untuk duduk rapih, Aruna langsung melangkah pergi meninggalkan Hazel yang hanya menjadi patung ditempat.
Mengapa ia mau mau saja disuruh menunggu?
Tak lama, Aruna datang dengan raut panik dan sedih. Melihat itu Hazel khawatir.
Lelaki itu berdiri menyambut Aruna yang datang lalu menggenggam tangan Aruna ketika perempuan itu berdiri didepannya.
"Kenapa?" tanya Hazel dengan mata menatap Aruna serius.
Aruna yang sudah berkaca kaca langsung memeluk Hazel. "Hadiah aku buat kamu hilang..." rengeknya di pelukan Hazel.
Hazel mengernyit. "Kok bisa?" ia bertanya seraya mengusap punggung Aruna.
Aruna menguraikan pelukan Hazel kemudian perempuan itu menarik Hazel menuju tempat dimana ia menyembunyikan hadiah untuk Hazel.
"Aku taruh sini tadi, terus aku tinggal jemput kamu buat dibawa kesini. Sekarang gak ada, Jelnut..." nada suara Aruna terdengar menyedihkan, bagai anak yang kehilangan mainannya.
Hazel menghela nafas gusar. Pantas saja hilang, Aruna meletakkan sembarangan benda yang dikatakan hadiah untuknya itu. Tidak heran jika benar hilang karena taman ini 'kan bukan untuk Aruna dan Hazel saja tapi untuk semua pengunjung rumah sakit.
Hazel menarik Aruna kedalam pelukannya, diusapnya kepala belakang Aruna guna menenangkan. "Aku gak butuh hadiah, butuhnya kamu." ujar lelaki itu halus.
Aruna semakin mengerucutkan bibir bawahnya terharu. "Tapi tetep aja, Kacang..."
Pelukan terurai lagi, Hazel membingkai wajah Aruna hingga wajah sembab gadis itu terlihat jelas di matanya.
"Jelek."
Bibir Aruna bergetar dan kembali menangis.
Sudah hadiahnya hilang, di katai Hazel pula.Senyum tipis terukir di bibir Hazel, "Bercanda," tangan dengan jari besar bergerak menyelipkan rambut yang menutupi wajah Aruna. Tangannya membingkai wajah Aruna hingga wajah itu mendongak, ibu jari Hazel dipakai untuk menghapus air mata. "Kalo gak nangis cantik."
Aruna menarik air hidungnya lalu menerjap menatap Hazel. Perempuan itu menyingkirkan tangan Hazel dari wajahnya.
Setelah menghapus air mata dengan tangannya sendiri, Aruna menatap Hazel bertanya. "Udah cantik belum?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Hazelnut! [END]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] [Status: Tamat | Part lengkap] Sequel BUMI. Bisa dibaca secara terpisah. --- Ketika dia terlalu ramai untuk seseorang yang menyukai kesendirian. "Nama lo aneh tapi gue tetep bakal jadi temen lo, kok." "Kita temen 'kan, Haz...