Bab 3

1.4K 37 0
                                        


Maura terbangun dari tidurnya,ia terkejut saat mendapati sebuah tangan melingkar dilehernya.

"Tangan siapa ini? Batinnya sambil memegang tangan itu memastikan

Tindakan Maura,mau tak mau mengusik tidur Fabio. Ya,Fabio ikut terlelap setelah melingkarkan tangannya pada leher Maura.

Bahkan baru kali ini Fabio bisa dengan damai benar benar terlelap ditidurnya.Sepertinya ini akan menjadi rutinitasnya memeluk Maura saat ia tidur.

Tolong garis bawahi SEKEDAR MEMELUK. Jika lebih,maka anggaplah Fabio khilaf 😁

Fabio membuka matanya setengah sadar

"Kau sudah bangun? Tanya nya dengan suara serak sambil mengelus kepala Maura.

Maura hanya diam.Jujur,sebenarnya ia takut saat ini.

Maura memilih duduk di kasurnya.

Fabio yang melihat Maura seperti menjaga jarak dengannya karna takut,merasa semakin bersalah.

Ia berjalan keluar kamar Maura untuk mengambil kotak obat dikamarnya.Tak lama Fabio kembali dengan kotak obat ditangannya.

Fabio mendaratkan bokongnya disalah satu sofa santai yang ada dikamar Maura.

"Kemarilah,panggil Fabio.

Maura masih membeku ditempatnya.

"Kemarilah Maura,panggilnya kembali dengan lembut.

Maura menatap Fabio dan berjalan menghampirinya.

Fabio menepukkan pahanya agar Maura duduk di pangkuannya.Maura hanya menurut,tak ingin melihat sosok iblis lagi pada diri Fabio.

"Maaf,cicit Fabio tepat saat Maura berada di pangkuannya.

Saat ini pandangan mereka bertemu karna Maura menghadap wajah Fabio.

"Maaf kan aku,ulang Fabio sambil meletakkan kepalanya keceruk leher Maura.

Awalnya Maura masih diam,namun ia merasakan ada air mata yang membasahi ceruk lehernya.

"Apa dia menangis? Batinnya

"Maaf kan aku Maura,maaf ulangnya kembali dengan suara parau.

Dammmmnnnn,pria ini memang benar benar menangis batin Maura.

Maura menepuk nepuk bahu Fabio,sama seperti saat masa kecil ketika Maura juga menenangkan Fabio kecil.

Ditatap wajah Maura setelah ia menghapus air matanya,ia segera mengambil krim luka lecet dan dioleskannya pada dagu dan tangan Maura karna ulahnya. Setelahnya,Fabio mengecup singkat kening Maura.

"Tetaplah disisku,tetaplah bersama ku,tetaplah bertahan untuk ku,hanya kau dunia ku Maura,dan jangan pergi tanpa sepengetahuannku,tanpa seijinku,aku bisa gila Maura,gila,ucapnya menatap mata hazel itu dengan suara parau.

Maura mencari kebohongan di Mata biru pria ini,nyatanya tak ia temukan.Hanya segores sisa luka yang ada.

Dan sialnya otak dan hati Maura tidak bersinkron dengan baik,ia mengangguk seolah mengiyakan permintaan seorang Fabio Alexander.

Jika memang takdirnya seperti ini,ia tidak mungkin bisa melawannya toh ia pun juga mengalami masa sulit yang berat bahkan nyaris nyawanya sempat terancam.

▪▪▪▪▪▪~~~~~~~~▪▪▪▪▪▪

Tawanan Fabio's (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang