🌾19 > Ryu🌾

1.2K 149 4
                                    

Naruto milik Masashi Kishimoto.
Canon.

.
.

🌾 Happy Reading 🌾

.

.

Pertarungan Kakashi dan Mai berlangsung cukup sengit. Faktanya kedua orang itu tengah babak belur sekarang.

Kakashi memicingkan matanya. Dia tidak percaya misi pertamanya setelah sekian lama ternyata akan sesulit ini.

Jujur, awalnya dia pikir misi ini akan mudah.

Walaupun begitu, Kakashi tetap percaya diri, bahwa ia yang akan menang. Karena faktanya Mai mendapatkan luka lebih banyak darinya.

Gadis itu bahkan tengah sempoyongan sekarang.

Sedangkan di tempatnya Mai masih menatap Kakashi tajam. Dia menghapus kasar darah dari bibirnya.

"Ini akan jadi serangan terakhir," kata Mai sebelum tubuhnya mulai diliputi cahaya kuning.

"Aku tidak ingin membuang lebih banyak waktu. Jadi, aku harus membunuhmu sebelum serangan terakhirmu."

Pupil mata Mai melebar, matanya bergetar. Ketika dia baru saja mengambil kuda-kuda dan ingin menyerang Kakashi dengan jurus terkuatnya, pria itu justru telah berdiri di hadapannya dengan kilatan petir di tangan kanannya.

"Cidori!"

"Uhuk!" Mai terbatuk, dan darah segar merembes keluar dari mulutnya ketika jutsu milik Kakashi berhasil menembus bahu kanannya.

Kakashi segera menarik tangannya yang sudah berlumuran darah, dan membiarkan tubuh Mai jatuh begitu saja ke tanah.

"Maaf, tapi aku sungguh tidak bisa berlama-lama disini. Hokage kami mungkin sedang luar biasa gelisah sekarang, karena keputusan yang aku ambil mungkin akan membahayakan keselamatan istrinya."

Setelah mengatakan itu Kakashi tersenyum. Dia bisa membayangkan wajah gelisah Naruto saat menerima surat darinya.

Oleh karena itu dia harus segera menyelesaikan ini, dan menyelamatkan semua orang, serta membawa Hinata dan anggota timnya pulang dengan selamat ke Konoha.

🌾🌾🌾

Hinata menoleh ketika mendengar namanya disebut. Dia tahu bahwa orang-orang yang menyerang mereka sebelumnya adalah musuh sesungguhnya.

Akan tetapi dirinya tetap tidak percaya mendapati Ryu duduk di samping tabung.

"Kenapa terkejut? Bukankah seharusnya kau sudah menduganya?" Ryu melempar tanya pada Hinata dengan senyuman.

"Sayang sekali, aku harus membunuhmu. Ah maaf, maksudku temanmu, karena kau sudah mati." Lanjutnya ketika tidak mendapatkan balasan.

Yuri mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu? Aku yakin, kau punya masalah dengan matamu, karena berani berkata seperti itu. Nona Hinata masih hidup, kau tidak lihat?" Yuri berseru marah.

Apa-apaan orang aneh ini, berkata tidak masuk akal. Hinata jelas-jelas masih hidup! Wanita itu masih bernafas dan kini tengah berdiri di sampingnya.

Ryu tetap tersenyum. Dia tak memberi tanggapan sama sekali. Matanya sibuk menatap lekat pada Hinata.

Yuri mendadak berkeringat dingin ketika tidak menerima tanggapan bukan dari Ryu tapi dari Hinata.

Kepalanya menoleh ke kanan dan menemukan Hinata masih berdiri di sana. "Nona Hinata?" Panggilnya.

[9] Rumah dan Keluarga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang