🌾18 > Secercah Harapan 🌾

1.3K 142 0
                                    

Naruto milik Masashi Kishimoto.
Canon.

.
.

🌾 Happy Reading 🌾

.

.

Kini mereka telah berdiri tepat dihadapan tembok yang menghalangi penglihatan mereka dari Kakashi yang tengah bertarung dibaliknya.

Yui meletakkan tangannya pada tembok. Dia memejamkan mata, hendak berkonsentrasi. Namun, belum terhitung genap satu menit suara Kakashi berteriak, membuat kelopak matanya segera terbuka.

"Jangan Kemari!"

"Tapi-" Yui hendak menyatakan keberatan.

"Pergi dan cari tahu apa yang mereka sembunyikan di tempat ini. Aku akan menahannya disini." Kakashi menyela.

"Aku pikir apa yang dikatakan Kakashi sensei benar. Kita tak bisa membuang-buang waktu disini." Yuri memberi pendapat. Berusaha meyakinkan Yui sebab pemuda itu masih nampak tidak setuju.

"Hinata kau yang memimpin!" Lagi suara Kakashi terdengar.

"Hai!" Hinata menyahut dengan yakin. "Sensei, kita akan bertemu lagi, di tempat yang akan menjawab segala pertanyaan yang kita miliki."

"Pergi sekarang!"

"Hai." Dengan serempak mereka menyahut dan segera bergegas pergi.

Brugh

Mereka menoleh ke belakang ketika mendengar bunyi yang menggelegar. Mata ketiganya membola ketika menemukan dinding pembatas yang telah hancur dengan Kakashi yang jatuh tersungkur ke tanah.

Disusul dengan langkah tenang yang menghampiri sang mantan hokage. Kemudian Kakashi pun segera bangkit berdiri sembari meludahi darah dari mulutnya.

Manik kelamnya makin serius ketika tubuh Mai semakin mendekat padanya.

"Kita harus pergi." Hinata berbalik dan menyadarkan duo Y yang tengah memandang Kakashi cemas.

Dengan berat hati mereka berbalik dan berlari pergi. Segala kecemasan segera mereka tampik. Kakashi dulunya adalah seorang Hokage, walau mungkin sudah berumur dan telah lama pensiun, kekuatannya tetap tidak boleh diragukan.

Setidaknya untuk sekarang mereka harus meyakini hal itu dan kembali fokus pada tujuan awal.

🌾🌾🌾

"700 meter dari sini terdapat persimpangan. Kita akan membagi dua tim!" Hinata memberi informasi sekaligus titah tanpa mengurangi laju larinya.

"Hai." Yui dan Yuri yang berlari disisinya pun menyahut kompak.

"Aku akan pergi ke arah kiri. Kalian berdua ke arah kanan."

Yuri mengerutkan kening tidak setuju. Dia mensejajarkan posisinya dengan Hinata lalu berkata, "Mohon maaf nona namun, saya keberatan. Terlalu berbahaya jika membiarkan anda pergi sendiri. Bagaimana jika kita menelusuri setiap lorong bersama-sama."

"Tidak itu terlalu membuang waktu." Hinata menolak.

"Sebaiknya nona Hinata pergi ke arah kiri bersama Yuri dan saya akan menelusuri lorong bagian kanan." Yui yang sejak tadi diam pun bersuara.

Hinata diam sebentar. "Ya baiklah. Tapi ingat jangan gegabah!" Lalu menyetujuinya.

"Hai!" Yui menyahut patuh.

[9] Rumah dan Keluarga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang