Bab 1

1.1K 119 3
                                    

Fiona tahu sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi setelah kakinya menghancurkan kepala zombi yang dijumpai. Karena tidak mungkin hanya ada satu dari mereka. Mereka pasti tengah bersembunyi dan menunggu waktu untuk keluar merayakan kegelapan dalam jerit-jerit panik dan kesakitan.

Melihat darah lengket bercampur jaringan keabuan yang hampir membubur mengingatkannya akan kondisi di Arkala. Dia sudah bersiap untuk kembali berada di situasi hidup dan mati. Hanya saja, melihat kenyataan yang terpampang nyata menciutkan nyalinya. Memandang neraka yang sudah terbentuk jelas berbeda sensasinya dengan melihat bagaimana semua bermula.

Mengerikan.

Kekacauan diawali dari jeritan yang menggema di sebuah gang kecil minim cahaya. Entah apa yang mengundang perempuan muda itu untuk mendekati kegelapan, walau rembulan masih menggantung rendah. Yang pasti kini lengkingannya mengundang beberapa pasang telinga untuk mendekat, menyodorkan nyawa mereka dengan bodohnya.

Di sana, seorang pria muda berpakaian serba putih dengan pita biru mengelilingi kerah bulat, baju khas pelaut negara Ely, tengah mengunyah dengan rakusnya leher perempuan yang kini menggelepar di tanah. Pakaian berlumur darah dan luka menganga di bahu kiri tidak juga menjauhkan manusia yang entah sok ingin tahu atau sesederhana ingin menolong.

Bertindak bak heroik, salah satu pria bertubuh gempal menarik rambut sang pelaut. Berharap dia berkulit pucat dengan liuk pembuluh darah keunguan melepas gigitannya.

"Lepaskan dia!" geramnya sambil menyentak pria berpakaian serba putih dengan pita biru mengelilingi kerah bulat, baju khas pelaut negara Ely.

"Tolong!" pinta lemah wanita muda itu diantara erang kesakitan.

Pria lainnya berbondong-bondong menolong memisahkan mereka. Dalam tarikan kedua, pria itu melepas wanita itu bersamaan dengan robekan kulit dan potongan pembuluh darah.

Darah mengucur deras dari leher, membasahi pakaian dan menggenang di bawahnya. Jerit ngilunya terdengar di sela-sela pekik tertahan dari mereka yang menonton. Mata mereka membuntang, aliran napas bahkan berhenti di tengah kerongkongan. Mereka seharusnya segera meninggalkan tempat ini, tetapi tungkai-tungkai itu membeku kaku dalam ketakutan.

"A-apa yang kamu lakukan, Monster!" Pria gempal yang sempat terkesiap, mengayun bogem mentahnya ke arah kepala sang pelaut.

Suara dhuak keras terdengar. Kepala zombi itu terayun kencang, rahangnya bergeser, menjatuhkan potongan daging dari mulutnya.

"Rasakan itu!" Pria gempal itu kembali memukul kepalanya, tetapi tak lama tangan itu berhenti di udara, saat sang zombi menerkam perut penuh lemak.

Tubuh mereka jatuh ke area terang di ujung gang. Kali ini teriak menggelegar keluar dari para pejalan kaki saat sang pelaut mencabik perut yang tertutup kemeja tipis dan mempertontonkan bagian dalamnya yang masih berdenyut hidup.

Teriakan riuh menggema. Pejalan kaki yang menyaksikan tontonan horor itu sebagian berhamburan menuju jalan raya, tanpa memedulikan arus lalu lintas yang ramai.

Salah satunya seorang pria tua berpakaian lusuh yang berlari membuta melintasi kerumunan kendaraan bermotor yang melaju cepat mengejar waktu. Satu sedan hitam berhasil berhenti lima sentimeter dari kakinya. Suara decit ban dan klakson bertalu-talu seharusnya mengancam dan mengembalikan kewarasannya, tetapi nyatanya kedua kaki itu terus dikayuh seakan dia manusia super. Sampai akhirnya, bunyi klakson yang lebih kencang menyadarkannya.

Matanya membelalak, otot kakinya menegang ketika matanya menangkap sorot sinar lampu truk berkedip cepat ke arahnya. Decit ban terdengar memanjang, berbeda dengan sedan yang berhasil berhenti, truk besar itu tidak memiliki cukup jarak dan menghantam tubuh rentanya.

Keep Running!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang