Setelah melewati jalanan terjal penuh dengan tumpukan mayat. Truk akhirnya berhasil mendekat dan berhenti lima meter dari tembok.
"Kenapa berhenti di sini? Terlalu jauh. Aku tidak bisa melompat sejauh itu," protes Fiona sambil bangkit setelah duduk untuk mengatasi gangguan keseimbangannya. Beberapa kali dia harus memalingkan wajah saat sorot lampu menyilaukan matanya. Sepertinya para tentara ingin melihat lebih jelas kondisi mereka sebelum memutuskan untuk memperbolehkan mereka menyeberangi tembok.
"Mencegah zombi berpindah ke sisi lain tembok, kalau-kalau salah satu dari mereka ada yang berhasil naik." Elard ikut bangun dan memandang jauh ke depan. "Lagi pula jangan takut, aku tidak menyuruhmu untuk melompat langsung begitu saja, Fiona."
"Lalu?" Fiona menatap Elard bingung.
Elard memutar kepala dan balik memandangnya, tidak segera menjawab rasa penasarannya.
"Elard! Bantu aku!" Suara Grey samar memecah komunikasi tertahan mereka berdua. "Jangan lupakan aku masih ada di sini!"
Elard mendengkus berat dan melangkah lambat ke bagian atap kabin kemudi. "Keluar dan ulurkan tanganmu."
"Banyak zombi di bawah, aku tidak berani membuka jendela lebar-lebar. Bagaimana kalau mereka melompat ke dalam!" teriak Grey melalui celah jendela.
"Mereka tidak akan bisa melompat masuk, percaya padaku, Grey."
"Terakhir aku percaya padamu, pantatku nyaris dimakan tante-tante menor berpakaian mini!" teriak Grey penuh dendam.
Elard kembali mengembus napas panjang sebelum berpaling ke arah Fiona. "Kamu bisa tolong aku? Tembak para zombi di bawah supaya aku bisa mengeluarkan cowok penakut ini."
Fiona mendekat ke tempat Elard berdiri dan menjulurkan kepalanya tiga meter ke bawah. Di sana belasan zombi berdiri saling berimpitan. Kuku tajam mereka menggores pintu baja, menimbulkan suara lengking yang bisa merobek gendang telinga. "Serahkan padaku." Perempuan itu mulai menembak.
"Sekarang keluar!" perintah Elard.
"Hati-hati, Fio! Jangan sampai kena aku!" teriak Grey histeris.
Mendengar suara yang banyak menuntut. Kekesalan Fiona menanjak naik, dia justru dengan sengaja mengarahkan moncong pistol dekat ke tubuh jenjang Grey yang kini sudah keluar sebagian melalui jendela truk.
"Fio, awas!" Tubuh Grey membeku sesaat saat desing peluru terdengar dekat melewatinya.
"Jangan berisik dan segera naik!" balas Fiona kesal.
"Kurangi bicara dan cepat julurkan tanganmu! Mereka kembali berdatangan!" teriak Elard saat mendengar suara menyeret yang tumpang tindih dengan bunyi erang dalam jumlah banyak mendekat.
Grey yang kakinya masih berada di dalam kabin Truk, mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Walau cahaya di belakangnya cukup temaram, tetapi matanya cukup awas untuk melihat ratusan zombi berjalan lambat ke arah mereka. "Elard, tarik aku ke atas, cepat!" teriaknya panik.
Keriuhan membahana. Para tentara kembali melontarkan peluru saat truk kembali diguncang gelombang zombi dari berbagai arah.
Sementara itu, Grey yang sudah sampai di bagian atas truk segera mengeluarkan tali tambang dari dalam tas. Kecemasan jelas membuatnya bertindak cepat dan membungkam mulutnya.
"Fiona, berikan tasku," pinta Elard yang segera dilakukan si pemilik nama.
Pria berkacamata hitam itu merogoh bagian dalam tas dan mengeluarkan dua buah kait bermata tiga dengan setiap ujung yang tajam. "Grey." Tanpa banyak kata, Elard menyerahkan benda itu ke arah sang adik yang segera diikatnya menggunakan simpul rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keep Running!
AdventureBUKU KEDUA R-18 : Blood, Gore. Genre : adventure, thriller, action, (minor) romance Note : sequel dari Run! (Disarankan baca cerita pertama sebelum membaca cerita ini, karena berisi spoiler bab terakhir Run!) Fiona, alias Natasha, kembali dihadapka...