Bab 36

347 58 13
                                    

Alarm tanda bahaya menggema di sepanjang lorong gedung kendali. Pengungsi berlarian ke tempat yang diinfokan dari mulut ke mulut oleh para tentara, yaitu lantai teratas gedung kendali.

Sementara yang lainnya berebut naik melalui tangga, Gama justru menjejalkan tubuhnya berlawanan arah dengan kerumunan yang beberapa kali justru mendorongnya kembali ke atas. "Awas!"

Gama berteriak beberapa kali, tetapi kepanikan membuatnya tidak dipedulikan. Sampai akhirnya dia turun dari lantai dua ke bawah dengan melompat melalui pegangan tangga tanpa memedulikan tangan-tangan yang diinjaknya.

Dia terus berlari menuju lorong yang ada di sisi kiri dan menembak zombi yang menghalangi jalannya. "Fiona!"

Satu lantai di bawah, Fiona menendang dan membanting zombi yang ditemuinya hingga kepala mereka hancur. "Minsana, di mana?" teriaknya berkali-kali.

Minsana yang tengah duduk meringkuk di pojok ruangan, segera berdiri dan berlari mendekati pintu. "Fiona, itu kamu? Aku di sini!"

"Di mana?" balas Fiona.

"Di sini!" Minsana menggedor-gedor pintu.

Fiona berlari ke sumber suara dan berhenti di pintu yang berada ujung lorong. Tangannya memutar cepat kenop pintu, tetapi pintu terkunci. "Minsana, menyingkir dari pintu!"

Fiona mundur beberapa langkah dan mulai menendang pintu. Suara dentum terdengar, tetapi pintu tetap bergeming. "Sial!"

Fiona mundur lebih jauh. Kali ini dia berlari dan membenturkan tubuhnya ke pintu. Bahunya berdenyut ngilut, meski begitu pintu tetap tertutup. Tidak menyerah, dia terus membenturkan tubuhnya, sampai akhirnya seseorang menahan bahu Fiona.

"Biar aku." Gama datang mengagetkan Fiona.

Fiona mundur dan melihat Gama mendobrak pintu hanya dengan dua tendangan keras.

Suara debum pintu yang memekakan telinga terdengar. Fiona yang sebelumnya senang, berakhir panik karena para zombi yang masih berkeliaran di basement berlari mendekat. Fiona buru-buru masuk dan menarik Minsana yang tampak enggan keluar.

"Tenang saja. Selama ada aku, dia tidak akan berani menyentuhmu," ucap Fiona keras yang tidak digubris Gama.

"Kita keluar dari sini." Gama menyodorkan pistol ke arah Fiona. "Pakai ini."

"Bagaimana dengan aku?" tanya Minsana takut-takut kepada Gama.

"Jangan jauh-jauh dari kami berdua," jawab Gama cepat.

Gama kemudian berlari sambil menembak para zombi yang menghalangi jalan. Sampai di lantai atas, jumlah zombi semakin banyak. Gama dan Fiona beberapa kali harus berkelit cepat untuk menghindari gigitan.

Fiona bahkan beberapa kali menarik dan mendorong tubuh Minsana yang beberapa kali nyaris tergigit.

"Minsana jangan jauh-jauh!" teriak Fiona. Tangannya menangkap tangan sang dokter dan menarikn sang dokter untuk mengikuti ritme kakinya.

Mendekati tangga, Gama berhenti saat melihat puluhan zombi masih berdesak-desakan menaiki tangga.

"Gama, bagaimana sekarang?" tanya Fiona panik.

Gama tidak menjawab. Kepalanya berputar untuk mencari jalan. Namun, semua tertutup gerombolan zombi.

"Gama!" teriak panik Fiona saat di belakang mereka, para zombi berlarian menghampiri mereka.

Sekarang semua jalan tertutup.

"Fiona, dekat denganku." Gama mundur. Tangannya mengenggam erat tangan Fiona yang basah dengan darah dan keringat. "Maafkan aku."

Keep Running!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang