Bab 32

329 59 9
                                    

Bumi berputar. Begitu pula dengan waktu yang terus bergerak maju. Meski begitu, Gama masih saja dikembalikan ke situasi yang dulu pernah terlewati dengan pilu.

Bergelantungan menggunakan satu tangan di tepian jendela, sementara tangan lainnya menahan tubuh Fiona yang kini menjadi sasaran zombi di bawahnya, mengingatkan akan kejadian yang seakan baru saja berlalu dalam satu kedipan mata. Waktu di mana teman baiknya—Himo—mengorbankan dirinya untuk keselamatan yang lainnya.

Aku tidak akan menyerah. Aku tidak akan kehilangan siapa pun kali ini! Terlebih dia, pikir Gama berusaha memacu semangat, meski telapak tangannya mulai basah dengan kecemasan terselubung.

"Gama, lakukan sesuatu. Tanganku tidak akan bertahan lama!" pekik Fiona panik saat ujung-ujung jarinya mulai baal dan lengannya terasa seperti ada ribuan semut merayapinya. "Gama!" Di bawahnya, zombi-zombi berdesakan. Bergumul dengan tangan saling berebut menggapai jari-jari kakinya.

Pria itu mendengar permintaan ketakutan dari Fiona. Matanya beredar ke sekeliling. Perasaan lega karena belum melihat zombi mutan bercampur aduk dengan kecemasan akan jumlah mayat hidup. Sampai akhirnya pandangannya berakhir ke sebuah titik di pojok gedung yang terlihat lebih longgar.

"Fiona, kamu bisa berayun dan melompat jauh?"

"Aku tidak tahu," jawab Fiona resah tanpa melepas pandangan ke bawah.

"Kamu bisa coba?" tanya Gama setengah memaksa.

"Apa?" Fiona menengadah dan untuk sesaat mereka saling menatap dengan posisi janggal. "Ulangi lagi," pinta Fiona. Kali ini dia harus memastikan ekspresi Gama ketika berbicara seperti itu. Apa dia serius memintanya melakukan hal yang nyaris akrobatik di situasi seperti ini.

"Berayun dan melompat ke sana." Dagu Gama menunjuk ke tempat pojok gedung.

Fiona mengalihkan pandangan ke tempat yang ditunjuk. Walau jumlah tidak sebanyak di bawah kakinya, tetapi di sana jelas terlihat keberadaan zombi. "Bagaimana caranya?" Dia tahu berdebat dan mengatakan dirinya tidak mampu bukanlah solusi. Segala sesuatu harus dicoba dalam kondisi terjepit seperti ini.

"Pindahkan tanganmu ke kakiku," balas Gama cepat.

Bergerak cepat, Fiona memindahkan tangannya ke betis Gama yang segera berkontraksi saat menerima beban.

Tubuh pria itu bergoyang sesaat akibat kehilangan beban penyeimbang di tangan. Namun, begitu tangan kanannya ikut berpegangan pada tepian jendela yang menjorok, tubuhnya kembali stabil.

"Lalu apa sekarang?" Suara Fiona mulai tercekat di kerongkongan.

"Lindungi matamu!" Gama mengeluarkan granat dari balik rompi, melepas pengaman menggunakan gigi, dan melemparnya ke pojok gedung.

Suara dentuman menggetarkan gendang telinga. Suara denging bernada tinggi menyiksa telinga Fiona beberapa menit. Serpihan tubuh dan debu yang beterbangan, darah memercik basah aspal. Granat mengenyahkan beberapa zombi dan mengosongkan sebagian kecil area.

"Fiona, berayun!" perintah Gama yang membingungkan Fiona.

"Sekarang? Apa kamu gila? Kita bisa jatuh!"

"Jangan khawatir, tanganku masih kuat. Cepat berayun dan lompat!"

Perintah Gama tidak lagi bisa didebat. Tanpa ragu-ragu, Fiona memutar tubuh ke arah ke sisi yang dituju dan mulai menggoyang tubuhnya.

Gerakan pertama, tubuh Fiona hanya berputar-putar, membuat jari manis dan kelingking tangan kiri Gama sempat tergelincir. Pada gerakan kedua, dia berhasil membentuk sudut. Sampai akhirnya pada ayunan keempat, tubuh Fiona bergerak semakin tinggi dan perintah melompat dilontarkan Gama.

Keep Running!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang