Bab 31

338 61 5
                                    

Setelah mendobrak pintu atap dan meninggalkan para zombi di gedung seberang, Gama dan Fiona beralih menjelajah gedung enam lantai itu. Tidak adanya listrik membuat mereka mengandalkan kebaikan sinar mentari yang menerobos masuk melalui sela jendela dan senter kecil yang menempel di pistol Gama. Serta menahan Fiona untuk tidak melakukan protes kecil saat tangan Gama menggenggam erat miliknya.

Entah sampai kapan traumanya akan kegelapan akan berakhir.

Layaknya kantor pada umumnya, lantai enam ini terisi kursi berdebu dan tanaman hias plastik berwarna hijau suram yang diletakkan di setiap sudut. Tidak adanya satu pun wujud zombi yang terlihat memberi mereka waktu untuk bernapas.

"Kamu tidak apa-apa? Bagaimana kakimu? Sakit?" Gama berhenti dan memberi rentetan pertanyaan.

"Sedikit ngilu, tapi tidak apa-apa."

"Lenganmu?" Senter Gama beralih ke lengan baju yang masih bersih tanpa rembesan darah.

"Sepertinya baik," jawab Fiona sedikit malas. "Bisa kita lanjutkan?"

Gama mengeratkan gengamannya dan berkata, "Kita pergi."

Turun mengendap-endap satu lantai di bawah. Mereka sampai di sebuah ruangan yang 180 derajat berbeda dengan di atas. Sebuah ruang luas tanpa sekat terhampar di hadapan mereka. Aneka mainan anak-anak, lembaran kertas penuh corat-coret warna-warni, dan sofa mini mengingatkan Fiona akan tempat penitipan anak.

Gedung apa ini? pikir Fiona tanpa memperlambat gerak kakinya.

Kembali turun satu lantai, ruangan kembali terbagi-bagi dalam partisi tipis bak triplek. Fiona melepas tangan yang sedari tadi digenggam Gama dan melangkah ke depan. Matanya menyisir lorong berderet foto berpigura yang dipasang rendah.

Sementara itu Gama yang ingin mencegah Fiona menelusuri lantai, menahan diri saat melihat keingintahuan perempuan itu membuncah. Dia kini mengekor Fiona dan memberi penerangan yang dibutuhkan. "Apa yang kamu pikirkan?"

"Tempat ini ...." Dia berhenti untuk mengintip ke kaca salah satu ruangan. Namun, tidak ada yang terlihat, hanya ada kesuraman. "Menurutmu tempat apa ini, Gama? Bagian paling atas perkantoran, di bawahnya area bermain anak, dan ini ... perkantoran penuh foto anak kecil?"

Fiona memutar tubuh. Matanya seakan menyala dalam gelap, antusias bercampur rasa ingin tahu campur aduk di dalamnya.

"Apa itu penting, Fiona?" Gama balas bertanya.

"Tidak juga. Hanya saja ....."

"Hanya saja?" Pria itu mengulang perkataan Fiona.

Fiona menjeda sesaat. "Tidak apa-apa." Dia menggeleng. "Setelah ini apa?"

"Turun ke bawah. Bersiap bertemu zombi mutan dan mencari kendaraan yang bisa membawa kita menjauh dari sini," papar Gama yang membuat Fiona tertegun.

"Perencanaan yang sangat matang, Gama. Aku suka itu," balas Fiona satire.

Gama tersenyum. "Tenang saja, aku yang akan menahan makhluk itu. Sedangkan kamu cari kendaraan yang menurutmu bisa membawa kita menjauh dari sini."

"Bagaimana caramu membunuhnya? Dia jelas tidak mempan dengan peluru," tanya Fiona penasaran.

"Semua makhluk pasti memiliki kelemahan. Aku akan cari itu nanti." Tangan Gama kembali menggenggam jari-jari ramping Fiona. "Sekarang, kita pergi dari sini."

Mereka kembali mengendap. Kaki mereka melangkah ringan di tangga. Sinar pucat lampu yang menuntun mereka bergoyang di keremangan. Sampai di lantai tiga, belasan tempat tidur berjajar hampir berdempetan, menempel pada dinding yang panjangnya tidak sampai enam meter.

Keep Running!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang