"Siapa kalian sebenarnya?" Fiona tahu kalau dia bertanya di waktu dan tempat yang tidak tepat, di mana suara lapar mayat hidup terdengar dekat, tetapi kali ini dia tidak peduli. Hal terakhir yang dia inginkan adalah terjebak bersama dua orang mencurigakan yang bisa membawanya ke kegelapan tanpa dasar. "Katakan sekarang!"
"Apa maksud Fio? Kami cuma kakak beradik yang terperangkap di sebuah apartemen. Sekarang, bisa kita pergi dari sini!" Ketenangan saat melihat sang kakak berada di bawah ancaman sabit malaikat maut kini digantikan dengan kepanikan. Fiona benar-benar tidak paham dengan prioritas kedua orang ini atau justru mereka saling percaya dengan kemampuan masing-masing?
"Kita tidak akan ke mana-mana sebelum kalian menjawab pertanyaanku!" Fiona mengacungkan pedangnya ke arah Elard yang masih bergeming di tempatnya.
Desing pedang tertangkap lirih di telinga Elard. Mendengar emosi Fiona yang meluap-luap, dia tahu ke mana pedang itu diarahkan. Walau begitu dia tetap bergerak mendekat. Seakan tahu batas antara ujung pedang, dia berhenti tepat ketika hidungnya nyaris bersentuhan dengan bagian tertajam pedang. "Kamu dan aku tidak jauh berbeda. Sama-sama manusia awam yang menguasai seni bela diri. Bedanya, aku memiliki keterbatasan dan kamu tidak."
"Kita tidak sama!" geram Fiona.
"Guys, bisa kita berhenti ngobrol di sini. Mereka datang." Kepala Grey terus berputar resah saat melihat zombi berdatangan dari segala arah. Sepertinya bunyi keras yang ditimbulkan Elard mengundang mereka semua.
Rahang Fiona menggeretak kencang. Matanya melirik ke kiri dan kanan. Walau kendaraan yang terparkir asal di jalan menurunkan kecepatan mereka, tetapi tetap saja ada satu dua zombi yang berhasil melewatinya.
"Fio!" desak Grey.
"Ck, sial! Kita akan lanjutkan ini nanti." Fiona menurunkan pedangnya dan kembali melaju melompati berbagai jenis kendaraan yang saling bertumpuk di tengah jalan.
"Elard, lompat, jam 12," ucap Grey tergesa-gesa kepada Elard.
Tidak seperti sebelumnya yang membiarkan Elard dibimbing oleh tongkatnya, kali ini Grey terus memberi petunjuk berupa arah jarum jam sebagai penanda ke mana Elard harus melompat. Berada di barisan paling belakang jelas membuatnya was-was.
Kembali ke aspal, pedang Fiona kali mengayun kasar, menghancurkan tengkorak beberapa zombi yang berhasil mendekat. Darah memercik, erang panjang terdengar, jaringan lunak keabuan mengotori bilah pedangnya.
Sementara di belakangnya, Grey mulai melepaskan tembakan yang lebih sering menyasar jauh dari target. Sedangkan Elard, mengandalkan tajam pendengarannya dan arahan dari adiknya, dia berhasil menjatuhkan beberapa zombi menggunakan kekuatan kaki dan tongkat berpisaunya.
Kali ini Fiona tidak lagi memedulikan kedua pria yang berada di belakangnya. Karena dia tahu, mereka bukanlah orang sembarangan. Walau yang muda bodoh menggunakan pistol, tetapi kemampuan meretas gedung berkeamanan tinggi jelas tidak bisa dipandang sebelah mata. Sedangkan sang kakak, walau memiliki keterbatasan, tetapi aksi yang ditampakkan mengatakan hal sebaliknya.
Sampai pada perempatan lalu lintas, Fiona segera membelokkan kakinya ke kanan. Belum sampai tubuhnya membelok sempurna, sesuatu melompat ke arahnya. Refleks, dia menggeser tubuhnya ke kiri untuk menghindarinya.
Melalui sudut mata, dia melihat seekor hewan hitam besar melewatinya. Zombi anjing! Mata Fiona membuntang melihat hewan dengan luka menganga di wajah yang menakutkannya, bahkan sampai sekarang.
Aroma busuk yang terhirup dan tetes liur yang memercik ke wajah ketika hewan itu melewatinya, meningkatkan kewaspadaan Fiona. Setelah memindahkan pedang ke tangan kiri, dia menarik pistol dari sela celana dan berputar untuk menembak hewan yang kini berada di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keep Running!
AdventureBUKU KEDUA R-18 : Blood, Gore. Genre : adventure, thriller, action, (minor) romance Note : sequel dari Run! (Disarankan baca cerita pertama sebelum membaca cerita ini, karena berisi spoiler bab terakhir Run!) Fiona, alias Natasha, kembali dihadapka...