"Gama ...." Fiona tahu ini bukan waktu yang tepat untuk mematung di saat ancaman sewaktu-waktu bisa datang. Meski begitu, dia tidak bisa mencegahnya. Berhadapan langsung dengan orang yang dulu pernah mau dibunuhnya jelas membuatnya canggung. Dia tidak tahu harus meminta maaf atau justru melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.
Tidak jauh berbeda, Gama pun mempertahankan diamnya di hadapan Fiona. Semua kalimat yang sudah disusunnya berbulan-bulan tiba-tiba menguap. Hanya satu kalimat yang tersisa, tetapi semua itu tertahan di kerongkongannya.
"Gama, all clear! Keluar dari sini sekarang!" teriak Troy dari arah tangga, yang menyadarkan si pemilik nama.
"Fiona, kamu bisa jalan?" tanya Gama cepat.
Fiona menggangguk dan bangkit dari duduknya.
"Bagus, ikut aku!" Gama menyambar tangan kiri Fiona dan menariknya.
Fiona sempat berusaha melepas genggaman Gama yang melingkar kuat bak borgol, tetapi dia akhirnya menyerah. "Tunggu, mana teman-temanku?" Kepala Fiona berputar mencari keberadaan Grey dan Elard.
"Kalau mereka belum berubah, Troy pasti sudah menyelamatkan mereka," jawab Gama cepat.
"Tapi mereka baru saja me—"
"Tidak ada tapi, kita keluar dari sini sekarang." Suara Gama terdengar tegas. Tidak ada ruang untuk berdebat dengannya hari ini.
Tangan kanan sang tentara terus menembakkan pistol, membuka jalan untuk mereka berdua. Sementara tangan lainnya menjaga agar Fiona tetap di dekatnya, takut jika dia lepas maka perempuan itu akan lari menjauh lagi.
Sampai di lantai bawah, kondisi sudah jauh lebih terkendali. Walau begitu, masih ada beberapa zombi yang berusaha menerkam mereka dari berbagai arah. Termasuk dari arah belakang yang segera ditebas oleh Fiona.
"Lari!" Gama melepas tangan Fiona dan memosisikan tubuhnya di belakang perempuan itu. Menjaga Fiona dari serangan mematikan yang tidak tertangkap matanya sendiri.
Sampai di tangga, Gama memerintahkan Fiona untuk turun terlebih dahulu. Sementara dirinya sibuk menutup pintu sekaligus melepas tembakan untuk memukul mundur para zombi yang memaksa keluar.
"Tapi Gama—"
"Turun!" perintahnya sambil menembak dahi seorang pria yang matanya menyala terang dalam keremangan.
Tidak lagi membantah, kaki-kaki Fiona melompat kecil menuruni tangga. Sampai di aspal, kekekacauan dalam skala kecil menyambutnya. Meskipun jumlah zombi kalah banyak dibandingkan tentara, tetapi kepanikan para penyintas yang selamat tetap riuh rendah.
"Siapa pun yang mendengar pemberitahuan ini, segera pergi ke gerbang pelabuhan!" teriak seseorang melalui pengeras suara. "Ikuti papan petunjuk yang ada!"
Suara derap langkah bergemuruh. Debu-debu beterbangan rendah. Mereka yang masih bernapas bersama para tentara berlari dalam rombongan menuju gerbang depan.
Fiona tidak segera melangkah pergi, matanya sibuk mencari keberadaan Grey dan Elard. Pandangannya menyisir cepat lokasi yang kini berubah layaknya medan perang dengan tubuh-tubuh bergelimpangan berlumur darah. Namun, sosok mereka tidak ditemukan. Hanya kematian yang tertinggal.
"Fiona, apa yang kamu lakukan? Lari!" Gama kembali meraih tangan dan mengajaknya menjauh dari kapal.
Dalam deru napas yang sama, mereka berdua berlari menghindari tubuh-tubuh pucat tanpa nyawa. Beberapa kali Gama melepas tembakan, salah satunya ke arah mayat penuh luka gigitan yang tiba-tiba bangkit dengan posisi mustahil yang membuat ngilu sendi-sendi tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keep Running!
AdventureBUKU KEDUA R-18 : Blood, Gore. Genre : adventure, thriller, action, (minor) romance Note : sequel dari Run! (Disarankan baca cerita pertama sebelum membaca cerita ini, karena berisi spoiler bab terakhir Run!) Fiona, alias Natasha, kembali dihadapka...