Sesuatu atau seseorang tampak berdiri di mana garis pembatas antara langit dan bumi bersinggungan.
Roda truk terus berputar. Grey tidak lagi peduli dengan zombi bodoh yang terus menantang truk dengan tubuh ringkihnya. Sendiri atau beramai-ramai, dia melindasnya tanpa ragu.
Sementara itu di depan, siluet sedikit demi sedikit memperlihatkan liuk tegasnya. Butuh jarak kurang lebih dua ratus meter sebelum profil bayangan itu membentuk tubuh seorang manusia bertubuh kekar. Dia berdiri tidak gentar walau kendaraan bermesin itu terus melaju kencang, seakan kakinya tertancap paku bumi.
"Gama," panggil Fiona sedikit tersekat. Pandangannya beralih dari tubuh seseorang berotot super tebal yang ada di jalan ke arah Gama.
Pria itu tidak segera merespons keresahan Fiona. Matanya memincing. Dia berusaha meyakinkan diri kalau mahluk di depan adalah sama dengan yang terlihat di pelabuhan.
"Kapten, itu makhluk yang kemarin bukan?" Grey ikut menimpali kegetiran Fiona.
"Makhluk apa, Grey?" tanya Elard penasaran.
"Makhluk yang ada di pelabuhan." Gama menjawab pertanyaan Elard. "Grey, tambah kecepatan. Tabrak makhluk itu."
Grey menelan air liurnya. "Baiklah, pegangan semuanya!" Remaja itu menekan pedal gas semakin dalam. Getaran mesin yang meraung-raung terasa sampai ke dalam.
Tidak lagi mempercayai dashboard sebagai pegangan, Fiona meluruskan kaki dan menggunakan otot-otot tungkainya untuk menahan tubuhnya.
Jarak terpangkas cepat. Walau begitu, makhluk itu tetap bergeming dengan ekspresi wajah datar. Benturan keras terjadi. Suara debum terdengar keras dan dalam. Alih-alih terlempar, makhluk itu secara mengejutkan justru berpegangan pada bagian depan truk. Tangan berototnya direntangkan seakan tengah memeluk kendaraan besar itu.
"Grey, lakukan sesuatu!" Gama menjulurkan pistolnya keluar jendela, tetapi pelurunya terus terpelanting. Posisi sulit untuk menembak.
"Pegangan!" Grey memutar kemudi ke kanan dan kiri dengan cepat. Menciptakan ayunan yang dia harap bisa melemahkan pegangan makhluk itu.
Namun, percuma. Karena hanya kaki besarnya yang berayun, tetapi tangannya tetap kuat memegang bumper depan truk. Dia bahkan mulai merayap naik. Kakinya yang sebelumnya bergelantungan, kini berpijak pada bumper.
Tubuh itu bergerak ke atas dan memberi pemandangan menjijikan. Kepalanya terlihat membesar bukan karena volume otaknya yang bertambah, tetapi karena otot-otot wajahnya ikut membonjol sama seperti tubuhnya. Wajah makhluk itu terlihat sangat aneh dengan kening menonjol dan rahang yang mengotak. Mata merahnya menyorot tajam ke kabin, memberi ancaman nyata kepada mereka semua.
"Zo-zombi mutan!" ucap Grey dengan nada tinggi.
Fiona yang berhadapan langsung dengan si makhluk, menjengit saat mata mereka bertatapan. Entah sadar atau tidak, tetapi pandangan itu seakan memakannya hidup-hidup. Membuatnya sulit bernapas.
"Sial! Sial!" Grey terus mengumpat. Beberapa kali dia menabrak kendaraan kecil hanya untuk menimbulkan goncangan. Meski begitu makhluk itu tetap menempel seakan ada jaring laba-laba di telapak tangannya.
"Grey, berhenti bermanuver dan tunggu aba-aba dariku," perintah Gama yang dibalas "oke" oleh si pemilik nama.
"Kamu mau apa?" tanya Fiona saat melihat Gama kembali menyiapkan senjatanya.
"Menembaknya," jawab Gama singkat.
"Tapi truk bergerak cepat."
Gama mengeluarkan sebagian tubuhnya melalui sela jendela yang terbuka lebar. Suara Fiona tenggelam oleh gemuruh angin yang berputar-putar di telinga. Berpegangan pada bagian atas jendela, dia mengacungkan pistol dan mulai menembak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keep Running!
AdventureBUKU KEDUA R-18 : Blood, Gore. Genre : adventure, thriller, action, (minor) romance Note : sequel dari Run! (Disarankan baca cerita pertama sebelum membaca cerita ini, karena berisi spoiler bab terakhir Run!) Fiona, alias Natasha, kembali dihadapka...