"Jadi, maukah kamu membantuku lagi, Fiona?" pinta Gama bersungguh-sungguh.
Fiona termangu. Pandangannya turun dari tatap lembut Gama ke area kosong di meja. Mengolah setiap kata yang diucapkannya dalam keheningan total. Dia ingin menjawab iya. Namun, mengingat perjalanannya terdahulu, tidak ada jaminan kalau dia akan kembali dengan utuh.
"Tidak. Fiona tidak akan ke mana-mana. Aku akan mencari cara untuk membawanya keluar dari sini." Elard tiba-tiba memecah lamunannya.
Suara derit bangku yang menyiksa telinga terdengar. Elard menarik tubuh Fiona, memaksanya untuk bangkit dan mengikutinya keluar.
"Ke mana? Lewat mana? Apa kalian tahu apa yang terjadi di luar kota ini? Jangan sembarangan memberi janji kalau tidak tahu betapa kacaunya dunia di luar sana sekarang," ucap Gama dengan suara rendah mengancam. Tatap mata yang sebelumnya lembutnya berubah tajam dan dingin dengan cepat.
Fiona yang tidak pernah melihat Gama semarah itu memaku tungkainya ke lantai. Menahan tubuhnya mengikuti arus pergerakan Elard.
"Dan lepaskan Fiona. Dia tidak akan ke mana-mana denganmu," lanjut Gama marah. Dia kemudian berdiri dan menatap Elard di ketinggian yang sama.
Mata Elard dan Gama bertautan dalam kebencian. Ruang rapat tiba-tiba berubah beku. Dua orang pria dewasa dengan kepentingan egois yang tidak jauh berbeda, berusaha memperebutkan kekuatan perempuan itu untuk mencapai tujuan masing-masing.
"Jelaskan. Yakinkan aku. Kalau tidak, aku akan membawa Fiona," balas Elard angkuh. Tangan yang masih menggenggam erat lengan Fiona dilepasnya dan dia kembali duduk dengan tangan melipat di depan dada, bak pimpinan menunggu laporan dari bawahannya.
Rahang Gama menggemeretak. Tangannya mengepal semakin kuat hingga kukunya berubah putih.
"Kamu tidak perlu melakukannya, Gam. Jangan turunkan wibawamu hanya untuk satu perempuan dan tentara pecatan itu!" Troy mencengkeram bahu tegang Gama.
Mendengar pertikaian di mana dua pria ingin memanfaatkan tenaga dan pria lainnya ingin membuangnya mengesalkan Fiona. Perempuan itu mendesah keras. Suaranya menarik perhatian semuanya, tidak terkecuali Troy. Kepalanya menggantung rendah, tangannya berkacak pinggang sebelum menatap Gama dan Elard sama bencinya. "Aku bukan barang yang bisa kalian rebutkan! Aku pergi dari sini."
Suara pintu berdebam kencang. Fiona keluar ruangan dengan gelora emosi tak tertahankan. Beberapa tentara yang berjaga di depan segera menyingkir saat melihat kilatan matanya yang seakan bisa menebas leher mereka.
Langkah kakinya menggema di lorong kosong diikuti langkah kecil lainnya yang terdengar tak lama berselang, mengekor dari belakang.
"Fiona, Fiona, tunggu ...," panggil Minsana.
Fiona tidak berhenti. Tungkainya justru bergerak semakin cepat. Karena berbicara adalah hal terakhir yang akan dia lakukan ketika marah, setelah bertindak brutal dan diam mengurung diri di ruang tertutup.
Sampai di luar, napas Fiona tercekat oleh kumpulan karbondioksida yang segera memenuhi kerongkongannya. Dari kejauhan bumbungan asap tebal mengangkasa. Pekatnya menandakan banyaknya jumlah mayat yang dibakar hari ini.
"Fiona, tunggu ...." Suara Minsana yang tersengal-sengal menyadarkan Fiona untuk terus melaju.
Mereka kembali berkejar-kejaran dalam kerumunan. Fiona berzig-zag cepat menembus kumpulan tentara lelah beraroma darah amis memuakkan. Dia terus menjauh, berjejal menuju tenda pengungsian. Dia sangat berharap akan menemukan sedikit ketenangan di tenda sempit dan temaram itu. Namun, dia salah.
Puluhan orang berkumpul, meneriakkan amarah dan kesedihan dalam intonasi yang sama. Saling dorong dilakukan antara para penyintas dan tentara bersenjata. Maki-makian dilontarkan sebagai aksi tutup mulut para tentara yang mengadang mereka untuk maju lebih jauh ke gedung kendali, tempat Gama dan petinggi lainnya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keep Running!
AdventureBUKU KEDUA R-18 : Blood, Gore. Genre : adventure, thriller, action, (minor) romance Note : sequel dari Run! (Disarankan baca cerita pertama sebelum membaca cerita ini, karena berisi spoiler bab terakhir Run!) Fiona, alias Natasha, kembali dihadapka...