Chapter 15

1.2K 107 16
                                    


Taehyung


Terdengar bunyi dari luar sel isolasi. Seperti seseorang sedang mencoba membuka kuncinya. Mungkin sudah waktunya untuk makan malam. Aku tidak yakin ini sudah jam berapa, karena aku tidak menghitung waktu, tetapi aku yakin aku sudah berada di sini lebih dari tiga jam.

Pintu tiba-tiba terbuka lebar, dan cahaya terang yang masuk langsung menusuk mataku. Berjam-jam di dalam ruangan gelap gulita sudah cukup membuat mata menjadi sensitif terhadap cahaya.

Aku memicingkan mata. Ada sesosok pria bertubuh tinggi dan gempal berdiri di ambang pintu. Karena backlight, untuk sepersekian detik aku tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas, tapi aku tahu betul siapa dia.

Pria itu berdecak jijik. "Sialan. Bau sekali." Dia adalah Bradley. Kepala penjara di sini.

Bradley mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dan lalu menutupi hidungnya. "Baunya seperti sampah!"

Untuk apa dia sampai repot-repot ke sini? Jelas dia tidak akan datang hanya untuk memberikanku makan malam. Tidak seperti itu prosesnya. Jika hanya untuk memberi makan, cukup petugas biasa saja yang memberikannya. Itu pun hanya di sodorkan lewat sela slot pintu yang bisa dilewati oleh nampan makanan.

Sudah dipastikan ada hal mendesak sampai-sampai Bradley harus datang ke sini.

"Bangun dan keluarlah, Sialan," umpatnya. "Kau mendapatkan kunjungan."

Begitu rupanya.
Dan hanya ada satu orang yang mampu membuat Bradley turun ke sini hanya untuk menyeretku keluar dari sel murung ini.
Tuan Kim.

Jika hanya Yoongi atau Jun yang mengunjungiku, mereka tidak akan bisa melakukan ini. Pihak penjara pasti langsung mengusir mereka dengan memberitahu bahwa aku sedang tidak dalam posisi untuk menerima kunjungan. Jadi hanya ada satu orang yang bisa mematahkan semua peraturan di penjara ini.

Mengapa Tuan Kim mengunjungiku? Apa ini ada hubungannya dengan apa yang terjadi di Rio?

Aku berdiri. Mataku sudah beradaptasi dengan cahaya luar. Sekarang aku bisa melihat wajah Bradley yang menyebalkan dengan jelas.

"Sial, kau bau dan berantakan sekali." Bradley mundur dua langkah sambil memasang ekspresi jijik padaku. "Mandilah dulu sebelum kau ke klinik. Aku tidak bisa membiarkanmu bertemu dengannya dalam keadaan menjijikan seperti ini."

Sungguh, aku sangat ingin meninju wajah jelek si sundal ini.

"Kau akan dikawal ketika kau mandi dan pergi ke klinik. Aku tidak akan membiarkanmu berulah lagi," sergah Bradley.

Aku hanya butuh sepuluh menit untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Sesudahnya aku langsung di tuntun menuju klinik untuk diberikan pengobatan. Rupanya Bradley ingin aku muncul di hadapannya dengan kondisi sebaik mungkin.

Ketika aku sampai di klinik, waktu berada di jam 16.30. Itu berarti, baru lima jam aku menjalani hukumanku di sel isolasi.

Aku duduk di tepi ranjang klinik selagi Dr. Ji-yeon sibuk memeriksa tensi darahku. Kali ini dia tidak ikut campur dengan tidak bertanya-tanya dari mana semua luka yang baru saja kudapatkan ini.

"Kau punya luka yang cukup banyak di wajahmu," kata Ji-yeon. "Sepertinya aku harus melakukan rontgen pada kepalamu. Pukulan yang kau terima mungkin bisa menyebabkan gegar otak."

"Aku baik-baik saja," kataku, mencoba meyakinkannya. "Aku akan tahu jika ada sesuatu yang salah pada kepalaku." Aku yakin 'tidak bisa berhenti memikirkan tentang hidup' bukanlah gejala gegar otak. Jadi tidak. Aku tidak mengalami gegar otak.

VENGEANCE : After (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang