Kyra.
“Anda sudah selesai, Nona?” Jun yang sedang duduk di ruang tunggu langsung berdiri ketika ia melihatku berjalan ke arahnya.
“Iya. Kita harus pulang sekarang,” kataku. “Hope sedang gatal-gatal.”
Ketika aku termenung sedih di ruang kunjungan setelah Jungkook pergi, Eunha menghubungiku kalau Hope terserang gatal-gatal di sekujur tubuhnya. Di beberapa titik tubuhnya sampai muncul ruam. Aku tidak tahu apa penyebabnya, tetapi aku memiliki asumsi kalau penyebabnya adalah onesie yang dia gunakan tadi.
Onesie itu tebal dan berbulu, pasti membuat Hope kegerahan. Apalagi tadi kulihat dia berkeringat.
Jun mengulurkan tangannya ke arahku, dia ingin membawa tas besarku, tetapi aku menolaknya dengan sopan.
“Jun, apa kau kenal dokter spesialis tumbuh kembang anak yang bagus?” Aku bertanya ketika kami hendak menuju lobi utama.
“Saya akan carikan yang terbaik. Anda ingin membuat jadwal kunjungan kapan? Nanti biar saya atur,” balas Jun.
“Besok atau lusa,” kataku. Aku berniat membawa si kembar ke tempat itu karena aku ingin memeriksa perkembangan serta kesehatan mereka. Ketika di Rio, aku tidak pernah melakukannya karena keterbatasan biaya dan waktu. Sekarang aku memiliki semuanya.
“Baik, Nona. Saya—”
Tahu-tahu banyak petugas yang berlarian di koridor menuju lobi depan. Mereka terlihat panik dan tergesa-gesa. Salah satu petugas bahkan ada yang menyenggol bahuku hingga membuatku terhuyung ke depan, hampir terjatuh. Untungnya Jun menangkap lenganku dengan sigap tepat pada waktunya.
Aku dan Jun terhenti di tengah. Kami ibarat batu yang ada di tengah sungai, yang membelah air, dan air di sini adalah para petugas. Mereka berlarian melewati kanan dan kiri kami.
Jun menariku mendekat padanya. tangannya berada di sekitaran kepalaku. Aku sedikit menunduk.
Ada apa ini? Apa sesuatu terjadi.
Salah satu petugas sipir tiba-tiba menghampiri kami. Wajahnya tegang dan serius. “Maaf bila kami berlaku tidak sopan, tapi tolong secepatnya tinggalkan tempat ini.”
Jun agak melonggarkan penjagaannya. Aku sedikit mundur darinya.
“Ada apa?” tanya Jun. Ekspresinya lebih tegang dari si sipir.
“Tuan Presiden sedang berkunjung ke sini.”
Tuan Presiden? Bukankah itu berarti—
Aku dan Jun sontak langsung bertukar pandangan. Dia pasti sepemikiran denganku. Berbahaya jika kami bertemu dengan Tuan Kim di sini.
Empedu naik ke kerongkonganku saat rasa cemas menggulung tubuhku.
Apa yang hendak Tuan Kim lakukan di sini? Siapa yang dia kunjungi? Jungkook? Taehyung? Atau keduanya? Dan apa niatnya mengunjungi mereka? Apa dia mau menyerang mereka? Atau mencari informasi tentangku dan penyerangan dipabrik dari Jungkook dan Taehyung.
“Nona Kyra, kita harus segera pergi dari sini,” ucap Jun ketika si sipir meninggalkan kami.
“Tidak. Kita harus menemuinya.”
Jun membelalakan matanya padaku. “Maaf membantah Anda, tapi saya tidak bisa membiarkan itu terjadi,” kata Jun dengan tegas.
“Pada akhirnya kita memang harus menemuinya. Kita tidak bisa menghindarinya. Mumpung dia ada di depan mata, kenapa kita tidak menyapanya? Ini penjara, dipenuhi oleh aparat pemerintah. Dia tidak akan bisa melakukan apa-apa terhadapku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
VENGEANCE : After (S2)
FanfictionBook II (Sebelum baca ini, baca dulu Vengeance S1) Tiga tahun setelah kejadian 'malam itu' baik Kyra, Jungkook maupun Taehyung, mereka sama-sama masih belum bisa terlepas oleh jerat 'rasa bersalah'. Mereka masih mencari cara untuk menembus kesalaha...