Chapter 7.

1.4K 187 51
                                    

‼️ Adegan kekerasan.
Part ini sangat panjang, jadi mungkin membacanya akan menyita waktu. Pastikan baca hanya kamu sedang senggang.
Happy reading 🤍

.

.

.

Kyra.

“Kenapa mereka menyerang penjaga? Seharusnya mereka menjaga untuk tetap stay low, kan?” aku bertanya ketika melihat apa yang tertangkap kamera cctv pos depan pintu masuk pabrik. Semua kejadian yang terjadi di sana terlihat dari layar laptop milik Carlos. Dan pemandangan yang sedang kutatap dengan mata lebar adalah adegan Helena dan Yoongi yang sedang mengangkut mayat penjaga yang mereka lumpuhkan. Yang mana tindakan itu tidak masuk dalam rencana kami.

Bagaimana jika pihak musuh mengetahuinya?

“Beberapa anak buah Helena berhasil menyusup. Salah satunya ada di pos penjaga,” jawab Carlos. “Dan lagi, apa kau benar-benar percaya jika mereka akan keluar tanpa membuat keributan?”

“Memangnya salah berharap seperti itu?”

“Kurasa kau harus banyak-banyak terjun ke lapangan,” komentar Carlos. “Lihat saja teman pucatmu, dia juga tidak tahu kalau Helena akan menyingkirkan penjaga. Namun dia tetap melakukannya kan? Itu karena dia tahu kalau kemungkinan mereka keluar diam-diam itu sangat kecil. Maka dari itu dia setuju untuk membersihkan jalan keluar.”

Dadaku sesak karena diremas cemas. Aku sangat mengkhawatirkan mereka. Jika memang begitu kemungkinannya, maka rencana ini sama saja seperti rencana bunuh diri. Mereka hanya berlima, ditambah beberapa anak buah Helena, dan musuh di dalam sana jumlahnya pasti lebih banyak. Mungkin tiga atau empat kali lipat. Bila mereka ketahuan, maka kemungkinan keluar dalam keadaan hidup-hidup sangatlah kecil.

Oh, jika sesuatu terjadi pada mereka—

“Tenanglah.” Carlos meletakkan tangannya di lutut kananku yang baru kusadari jika sejak tadi kakiku terus kuketuk-ketukan di lantai. “Mereka itu profesional dalam bidangnya. Mereka tahu apa yang harus dilakukan. Jun dan si pucat pun begitu.”

Begitu juga dengan Jungkook dan Taehyung dulu. Jahee mengatakan jika mereka berdua sudah terlatih untuk menghadapi musuh karena mereka berdua mafia, tetapi nyatanya tetap saja mereka kalah telak. Mungkin kali ini akan berbeda karena kami memiliki rencana. Mari berpikir optimis untuk keberlangsungan rencana ini.

“Kau harus tenangkan dirimu.” Kemudian Carlos memberikanku senyuman hangat, yang mana sangat jarang ia berikan padaku. Biasanya dia selalu mencibir atau memasang wajah masam padaku. Sampai-sampai terkadang aku pikir dia tidak menyukai kehadiran ku dan si kembar di rumah Nana.

Dalam diam aku mengatur kembali kecepatan napasku, dan beberapa detik kemudian aku berhasil menyuntik ketenangan sementara ke tubuhku.

Kau percaya pada kata-kata sampah sepertinya? Tanpa izin, suara Senator Lee terdengar di sampingku. Sudut mata kiriku menangkap sebuah bayangan yang aku yakin adalah sosoknya.

Kali ini aku harus mengabaikannya. Apapun yang dikatakannya itu tidak nyata. Hanya ada di dalam kepalaku. Dokter psikolog yang kutemui dulu berkata jika aku bisa mengendalikannya, sebab kemunculnya terjadi karena bentuk dari rasa cemasku.

Kenapa tidak kau tarik pelatuk lalu menembak dia dan dirimu sendiri. Manusia tak berguna sepertimu lebih baik mati saja. Suaranya dalam dan setenang lautan.

“Kenapa kau hanya bisa meretas kamera cctv bagian depan saja? Kenapa kau tidak bisa masuk ke dalam?” aku bertanya sebagai pengalihan.

Carlos menaruh sikunya di atas meja, lalu menyatukan kedua tangannya hingga jari-jarinya membentuk segitiga. Kemudian dia menempelkan ujung dagunya ke ujung jari-jarinya. Tatapannya terpaku pada layar laptopnya. Terlihat serius. “Aku tidak bisa menembus firewall mereka tanpa bantuan virus yang akan ditanamkan Helena di server mereka. Biar pun itu hanya sebuah pabrik, tapi software keamanan mereka setara dengan markas militer. Sementara cctv bagian luar tidak termasuk ke dalam server utama. Jadi bagian depannya yang bisa kuretas.”

VENGEANCE : After (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang