Chapter 33 - part 2

1.1K 108 50
                                    

KYRA

"Kapan terapinya bisa dimulai?" Jungkook bertanya pada dokter Sung yang baru saja selesai memeriksa kesehatanku.

Dokter Sung, menoleh ke arahku dan tersenyum ramah. "Jika pemulihan Nona Kyra berlangsung cepat dan, luka di lehernya sudah membaik, seperti Nona Kyra sudah bisa menoleh, menggerakan kepalanya dengan leluasa dan tulang leher yang sudah semakin kuat, maka kita bisa masuk ke tahap therapy."

"Kira-kira berapa lama?" tanya Jungkook, ia terlihat cemas.

"Sebulan paling lama, tapi juga bisa lebih cepat. Kecepatan kesembuhan tiap individu sangat berbeda," jawab dokter Sung. "Untuk sekarang, hanya ini yang bisa kita lakukan, menunggu untuk pemulihan pasien."

"Kapan saya bisa keluar dari sini?"

"Untuk menjawab itu, kami masih perlu memerlukan observasi pada pemulihan Anda."

Dengan kata lain, aku masih harus berbaring di sini selama beberapa hari, bahkan mungkin beberapa minggu ke depan.

Setelah itu, Dokter Sung pergi mengajak Jungkook keluar, dokter bilang ia ingin membicarakan beberapa hal pada wali pasien, entah apa yang mereka bicarakan. Kuharap tidak ada hal buruk yang terjadi padaku.

Tak lama kemudian, Jungkook kembali. Ekspresinya sekeras batu ketika ia baru melangkah masuk, tetapi saat mata kami bertemu, ia langsung memberikanku senyuman yang hangat. Dan hal itu malah membuatku bertanya-tanya. "Apa yang kalian bicarakan tadi? Apa sesuatu terjadi padaku?"

"Tidak ada, Sayang." Jungkook menunduk untuk memberikan ciuman singkat di dahiku. Sesudahnya ia langsung membersihkan sisa piring makan siangku yang sebenarnya tidak perlu lagi dirapikan, sebab nanti ada petugas yang mengambilnya. "Kau mau makan buah?" tanyanya tanpa menatapku.

Nah, sudah pasti dia menyembunyikan sesuatu. "Katakan padaku apa yang kalian bicarakan, atau lebih baik kau pergi dari sini. Dan aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku."

Jungkook masih mengabaikanku, ia lebih memilih memindahkan piring ke dari atas meja ke luar ruangan. Lalu setelah itu dia mencuci tangannya di wastafel, bercermin sebentar, hingga akhirnya duduk di tepi kasurku. Mengapa dia bertingkah begitu aneh?

Dia menatapku. "Begini," katanya dengan suara paling lembut dan bersahaja. "Dokter menyarankan kita untuk mengambil sesi di dokter spesialis jiwa."

"Huh? Spesialis jiwa? Maksudmu psikolog?" Pertanyaan bernada tinggi ku di respon oleh anggukan pelan dari Jungkook. "Kenapa aku harus ke sana. Aku tidak memerlukannya."

"Aku tahu." Jungkook meraih tanganku, membelai punggung tangannya karena menyadari ekspresiku yang sontak berubah marah. "Dokter bilang, pasien yang baru saja kembali dari koma, bisa mengalami gangguan kecemasan, gangguan tidur, gangguan makan, dan kemungkinan menjadi stress akan sangat tinggi. Di tambah lagi dengan keadaanmu yang sekarang. Niat dokter menyarankan pengobatan itu, hanya untuk berjaga-jaga saja. Sebab pikiranmu akan berpengaruh pada kesembuhanmu. Maka dari itu, dia menyarankan kita untuk menambahkan sesi pertemuan dengan psikolog dalam proses pengobatan."

Apa yang disarankan dokter memang masuk akal. Jika dipikir-pikir, aku memang tidak bisa mengendalikan suasana hatiku yang naik turun dengan drastis. Aku juga kesulitan tidur dan hanya makan karena aku harus, bukan karena aku merasakan lapar. Dokter sudah menjelaskan bahwa reaksi itu merupakan hal yang normal. Selama koma, perutku selalu diisi cairan lewat selang makanan, dan karena itu lambungku tidak pernah merasakan 'kosong', yang mana biasanya bila dalam keadaan normal, lambung yang 'kosong' akan mengirim sinyal ke otak bahwa dia perlu di isi, dan hal itu yang membuat kita merasakan lapar. Sedangkan selama koma, perutku selalu terisi cairan makanan, sehingga lambungku beradaptasi pada keadaan itu. Dokter bilang ini hanya bersifat sementara, tetapi hingga hari ini aku masih tidak merasakan nafsu untuk makan.

VENGEANCE : After (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang