Jungkook
"Kau yakin ini akan berhasil?" tanyaku pada Taehyung
"Sembilan puluh persen yakin, lima persen ragu, tiga persen kemungkinan buruk akan terjadi, dua persen kemungkinan gagal akan terjadi. Tapi aku berpegang teguh pada hukum Yhprum, yang mengatakan kalau segala sesuatu yang bisa terjadi, maka akan terjadi," jawab Taehyung.
Aku dan dia sekarang berada di aula makan, sedang menyantap makanan kami di pagi hari selasa yang cerah. Yah, sejujurnya aku tidak tahu bagaimana cuaca di luar karena aku tidak bisa melihat keluar, tetapi bagiku hari ini merupakan hari yang paling cerah sepanjang hidupku karena hari ini adalah hari pembebasanku dan Taehyung.
Aku tidak bisa menggambarkan betapa senangnya hatiku untuk hari ini, karena akhirnya aku bisa kembali bersama keluargaku.
Sejak dua hari yang lalu tidurku jadi tidak nyenyak akibat terlalu bersemangat dan gugup di saat yang bersamaan. Namun yang membuatku gugup bukanlah detik-detik untuk menyambut kebebasan ku, melainkan karena dihari ini juga kami berniat membebaskan Yesung dan Lan dengan menggunakan rencana pelarian yang kami susun selama kurang dari tiga minggu.
Aku tidak meragukan rencana ini, yang kuragukan adalah orang-orang yang ikut andil dalam rencana ini. Bagaimana kalau mereka tidak melakukan tugasnya dengan baik sehingga efek kupu-kupunya berdampak pada kegagalan rencana ini?
Seperti Dr. Jiyeon, misalnya. Taehyung berhasil meyakinkannya untuk bersekutu dengan kami, tapi aku merasa ragu padanya. Jiyeon terlalu taat pada peraturan, dan aku takut dia bisa berubah pikiran di detik terakhir rencana ini. Jika itu terjadi, maka gagal sudah semua rencana ini. Sebab sialnya, tanpa keikutsertaannya, rencana ini tidak akan berjalan dengan lancar.
"Beritahu aku," kataku. "Bagaimana bisa kau akhirnya bisa membujuk Jiyeon untuk berkonspirasi dengan kita? Apa dia bisa dipercaya? Apa kau yakin dia tidak akan berubah pikiran?"
Taehyung merobek roti gandumnya menjadi dua bagian, lalu mencelupkan salah satunya ke dalam mangkuk berisi sup tomat dan kemudian menyuapkan potongan itu ke dalam mulutnya. "Tidak sulit untuk membujuk seseorang yang sudah menaruh hati padamu," sahut Taehyung. "Di tambah dengan tiga hal, dalam sekejap orang itu pasti akan bertekuk lutut di hadapanmu."
Aku menaikan sebelah alis. "Tiga hal?"
Taehyung menoleh ke arahku sambil menyeringai jahil. "Lihatlah wajahku," katanya dengan penuh percaya diri. "Wajah tampan ini tidak bisa ditolak oleh wanita manapun."
"Kyra menolakmu."
"Dia tidak menolakku," sanggah Taehyung. "Dia terpaksa memilihmu karena si kembar."
"Dia menolakmu," ku tekankan sekali lagi.
"Dia. Terpaksa. Bersamamu."
Aku memutar mata. "Oke. Faktor yang pertama adalah karena wajah jelekmu, lalu yang lainnya?"
"Wajah tampan," koreksinya dengan ekspresi tak terima. "Yang kedua," dia mengacungkan dua jarinya ke depan mukaku, "aku hanya memberinya sedikit perhatian dan kata-kata afirmasi kalau dia adalah satu-satunya wanita yang spesial di mataku. Dan ketiga," Taehyung menunduk sambil menunjuk bagian bawah tubuhnya, "dengan bantuan 'Juniorku' yang tangguh dan hebat ini."
Kedua alisku menaut di tengah. "Kau sudah tidur dengannya?" tanyaku, terkejut.
"Berdiri. Kami melakukannya sambil berdiri karena tidak ada kasur empuk." Taehyung melahap sisa rotinya, dan sambil mengunyah ia lalu berkata, "Intinya, untuk sekarang. Dia akan menuruti apapun yang kukatakan selama aku berpura-pura jatuh cinta padanya."
Aku mendengus. "Kau brengsek."
"Kita semua brengsek, man. Kita tidak akan ada di sini kalau kita sangat suci."
KAMU SEDANG MEMBACA
VENGEANCE : After (S2)
FanfictionBook II (Sebelum baca ini, baca dulu Vengeance S1) Tiga tahun setelah kejadian 'malam itu' baik Kyra, Jungkook maupun Taehyung, mereka sama-sama masih belum bisa terlepas oleh jerat 'rasa bersalah'. Mereka masih mencari cara untuk menembus kesalaha...