Sudah tiga jam lamanya Yoongi duduk di sofa yang ada di rumah aman sambil menatap layar laptopnya yang ada di atas pangkuannya untuk memeriksa data informasi yang didapatkan oleh Helena dari pabrik Tuan Kim.
Ia sedang melihat rekam jejak transaksi pendistribusian uang palsu dan senjata ilegal yang dikirimkan ke banyak wilayah. Mulai dari bagian Rio, Asia, Timur Tengah hingga ke Westwood. Daerah terpencil maupun kota besar. Yang mana itu sangat membuat Yoongi terkejut, sebab bahkan usahanya bersama Bangtan dalam mendistribusikan senjatanya tidak memiliki jaringan seluas ini.
Ini benar-benar merupakan bukti konkret yang besar. Bila ia memberikan ini pada pihak berwenang, Yoongi yakin Tuan Kim akan segera menerima surat penangkapan, tapi tentu saja tidak semudah itu. Yoongi juga tidak bisa begitu saja memberikan informasi ini kepada pihak pengadilan sebagai bukti karena masih terdapat kelemahan. Mau tidak mau Yoongi hanya bisa menggunakan bukti data ini sebagai tameng dan alat pemeras Kim jika saatnya tiba.
Bagi Yoongi itupun sudah cukup. Paling tidak dia memiliki sesuatu yang bisa digunakan untuk melawan Kim.
Namun ada satu hal yang mengganjal Yoongi ketika dia melihat laporan keseluruhan transaksi keuangan yang di pabrik itu, yaitu nilai pemasukannya sangat besar, bahkan fantastis.
Yoongi tahu usaha ilegal seperti ini sangat menjanjikan, tetapi dia tidak menyangka kalau Tuan Kim bisa menghasilkan uang sebanyak ini.
Jika dibandingkan dengan pendapatnya dengan Bangtan, jelas Bangtan tidak ada apa-apanya. Dan semua pendapatan Tuan Kim itu tersebar di banyak bank dari berbagai negara.
Yoongi kemudian menelusuri seluruh jejak ke mana saja uang itu mengalir, hingga membawanya ke sebuah pabrik manufaktur mesin industri yang ada di Eastwood. Yang jadi pertanyaan adalah, kenapa Tuan Kim memusatkan semua uangnya di tempat itu?
Yoongi lalu meminta Jimin untuk mencari tahu informasi lebih lanjut tentang pabrik itu, tetapi hingga kini Jimin tak kunjung menghubunginya.
Pria bermarga Min itu melihat angka digital di layar laptopnya. 12.30.
Tak terasa sudah masuk tengah malam. Dan dia sudah meninggalkan rumah Nana Sunha sejak siang tadi untuk berkeliling kota Rio bersama Helena hari ini.
Bukan, bukan untuk berkencan ataupun berwisata keliling bak turis, hanya murni untuk keperluan bisnis saja.
Setelah pabrik Tuan Kim yang memproduksi obat-obatan terlarang dihancurkan, maka pemasok di tempat ini pun menjadi berkurang dan Yoongi berniat untuk menutupi kekurangan itu.
Ya benar, Yoongi masih menggeluti usaha ilegal itu hingga kini. Penangkapan Jungkook dan Taehyung, serta terbongkarnya tentang usaha ilegal mereka dulu, tak lantas menghentikan laga Yoongi dalam dunia yang sehitam jelaga itu. Yoongi nyatanya tetap memiliki pabrik yang memproduksi obat-obatan terlarang di Kamboja. Satu-satunya tempat yang hingga kini tidak terjamah oleh pihak berwenang.
Bagaimanapun juga, Yoongi tetap harus bertanggung jawab untuk memutar roda perekonomian Bangtan.
Keuangan Jungkook akan tetap baik-baik saja sekalipun dia menganggur seumur hidupnya, karena dia adalah pewaris tunggal dari klan Jeon.
Namun tidak bagi Yoongi, Taehyung dan Jimin, mereka tidak sekaya itu. Jika mereka hanya mengandalkan bisnis legalnya, dalam waktu lima tahun mereka dipastikan akan mengalami pailit sebab tidak bisa melunasi hutang di bank. Belum lagi Taehyung yang memerlukan uang agar dia tetap aman di penjara.
Maka dari itu, Yoongi mau tidak mau harus tetap mempertahankan usaha kotornya dengan persetujuan dari anggota yang lain.
Yoongi lalu menawarkan diri pada Helena untuk menjadi pemasok di kawasan ini sebagai perluasan jaringannya dan Helena menyetujuinya. Sebagai kartel kecil, kesempatan ini bisa dibilang sebagai kesempatan emas. Helena bisa menguasai tempat ini dan menggeser pemasok yang lain dengan mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENGEANCE : After (S2)
FanfictionBook II (Sebelum baca ini, baca dulu Vengeance S1) Tiga tahun setelah kejadian 'malam itu' baik Kyra, Jungkook maupun Taehyung, mereka sama-sama masih belum bisa terlepas oleh jerat 'rasa bersalah'. Mereka masih mencari cara untuk menembus kesalaha...