Jungkook.
Sekujur tubuhku terasa sakit. Tulang rusukku. Kepalaku. Semuanya terasa sakit, membara, perih dan nyeri.
Aku telah melakukan rontgen, dan dokter bilang ada tulang rusukku yang retak hingga mengalami pendarahan internal pada beberapa otot dan sendiku. Terutama di kakiku, di tempat aku menerima banyak pukulan tadi. Luka di bibirku harus mendapat empat staples kulit, dua di bibir atas dan sudut atasnya, dua lagi di bawah dan di sudut bawahnya. Untunglah aku masih bisa berbicara dengan normal.
Berita baiknya adalah aku masih hidup untuk melanjutkan hidup sampah yang kelam bak di neraka ini. Hidup yang terikat pada bangunan dengan tembok tinggi dengan rasa bersalah yang terus menjeratku bagai tanaman merambat yang berduri.
Rasa sakitnya membuatku kewalahan. Aku hanya bisa meringis setiap kali aku mencoba bergerak. Aku membetulkan posisi dudukku di atas kasur klinik yang lebih empuk dari kasur di dalam selku. Jika aku sedikit menunduk, tulang rusukku terasa sakit. Jadi aku harus menegakkan tubuhku.
Kualihkan pandanganku ke arah jendela klinik, di mana sinar matahari masuk dari sela jendela kecil itu. Dari jendela itu terlihat tembok beton merah yang tingginya sejajar dengan klinik yang berada di lantai tiga penjara ini. Kawat berduri melingkar di atas tembok.
Di balik tembok itu ada kebebasan. Dan jauh di sana ada tempat di mana Kyra dan kedua anakku tinggal. Yang menurut Dante ada di sebuah pulau dekat Rio. Walau informasinya tidak bisa dipercaya, tetapi aku sangat ingin meyakini jika mereka di sana, hidup bahagia tanpa kekurangan.
Besok, aku harus memberitahu Jun semua yang kudengar dari Dante agar dia bisa mencari tahu tentang kebenarannya. Dan jika benar memang Kyra berada di Rio, aku akan meminta Jun mendatangi mereka.
Aku tidak akan memaksa mereka untuk kembali tinggal di sini atau menjengukku di sini. Aku hanya ingin mendengar suara mereka, tidak masalah jika itu hanya beberapa detik saja.
Aku merindukan mereka.
Tuan Kim yang dulu pernah berjanji akan selalu memberi kabar terbaru tentang Kyra dan kedua anakku secara rutin, nyatanya mengingkari janjinya. Dia menghilang, tidak pernah lagi mengunjungiku. Bahkan untuk sekedar mengirim anak buahnya pun dia tidak pernah.
Aku selalu menerka-nerka bagaimana wajah kedua anakku. Foto kedua putriku yang dia janjikan pun tidak pernah kuterima. Jadi aku hanya bisa membayangkan kalau mereka memiliki wajah seperti Kyra. Dengan bibir penuh kecil dan sepasang mata besar.
Aku ingin pulang.
Aku ingin melihat keluargaku.
Aku ingin melihat ketiga anakku.
Aku ingin memeluk mereka.
Aku ingin—
Hentikan Jeon. Itu hal yang mustahil. Jangan memberikan dirimu harapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENGEANCE : After (S2)
FanfictionBook II (Sebelum baca ini, baca dulu Vengeance S1) Tiga tahun setelah kejadian 'malam itu' baik Kyra, Jungkook maupun Taehyung, mereka sama-sama masih belum bisa terlepas oleh jerat 'rasa bersalah'. Mereka masih mencari cara untuk menembus kesalaha...