Chapter 27 - part 3

667 85 5
                                    


Kyra

Berada di dalam green house di jam sebelas siang di musim panas merupakan sebuah kesalahan. Keringatku tidak berhenti mengucur; di dahi, di leher, seluruh badanku. Rasanya aku seperti berada di dalam sauna alih-alih rumah kaca. Namun aku harus menahan rasa gerah ini, sebab sekarang aku sedang membantu ibu Jungkook untuk memanen tomat cherry dan beberapa tanaman miliknya. Dan kami sudah melakukannya sejak jam sembilan pagi tadi.

Aku mengusap bulir keringat yang membasahi pelipis dengan lengan baju atasku. Aku yang sedang berjongkok di depan keranjang rotan besar berisi tumpukan tomat lantas mendongak ke arah Jeon Min Jung yang berada beberapa meter di depanku. Dia sedang berjalan di lorong yang kanan kirinya di isi oleh barisan tanaman tomat yang sudah berbuah. Dia memetik tomat-tomat itu sembari bersenandung pelan, memasukan tiap-tiap tomat ke dalam keranjang yang ia panggul di pinggangnya.

Nyonya Jeon mengenakan jumper berbahan denim, dengan t-shirt linen putih sebagai dalamannya. Kakinya beralaskan boots kelabu, dan tangannya terbungkus oleh sarung tangan kain putih. Ada bandana bermotif melingkar di kepalanya selagi rambutnya di sanggul ke atas dengan rapi. Dan semua hal itu, semua barang yang digunakan oleh ibu Jungkook sekarang, di gunakan oleh ku juga.

Mulai dari jenis pakaian, bandana di kepalaku, sepatu boots, hingga sarung tanganku, sama persis seperti yang digunakan oleh ibu Jungkook.

Apa aku menirunya? Tentu tidak.

Ibu Jungkook-lah yang memberikan semua pakaian ini, beserta aksesorisnya padaku untuk kugunakan. Bahkan beliau juga yang mengepang rambutku. Beliau juga yang mendandani Hope dan Yuri, mengepang rambut mereka dan menentukan pakaian apa yang harus mereka pakai hari ini.

Sememangnya dia sempat bilang, ketika ia mengepang rambutku tadi (padahal rambutku masih pendek), bahwa dia ingin sekali punya anak perempuan agar ia bisa mendandani anaknya seperti yang dia inginkan. Bahkan katanya, setelah Mirae menikah dengan Jungkook, Minjung-lah yang memilih isi lemari pakaian Mirae, aksesorisnya, seluruh tas dan sepatunya. Sejujurnya, aku agak terkejut dan merasa tidak nyaman dengan pengakuan itu. Sebab perilaku itu termasuk dalam konteks yang obsesif, seolah dia melihat anak perempuan seperti boneka yang ia bisa dandani. Namun aku mengagumi bagaimana ia berkata apa adanya di depanku, yang mana, hal itu bisa memberikan peringatan atas apa yang akan kuhadapi di masa depan jika kami akan hidup berdampingan.

Ibu Jungkook berhenti melangkah. Ia berbalik ke belakang, mengecekku. "Kau baik-baik saja?" tanyanya, mimiknya tampak sedikit khawatir. "Kalau lelah, kau bisa istirahat dulu."

"Aku baik-baik saja," jawabku, sedikit tersenyum, dan sedikit berdusta. Aku kemudian berdiri dan membawa keranjang di depanku. "Ini menyenangkan."

"Kita harus menyelesaikan bagian ini sebelum makan siang," katanya. Pandangan matanya lalu tertuju ke belakangku. "Ah, Lucy ... Kau datang di saat yang tepat."

Dengan itu, aku pun menoleh ke belakangku, dan menemukan Lucy yang sedang membawa nampan berjalan masuk dari arah pintu. Di atas nampan terdapat dua gelas kosong dengan sebuah jug besar berisi cairan kekuningan dengan beberapa iris lemon yang mengapung di antara es-es batu.

Lucy—yang mengenakan gaun sopan selutut berwarna hijau tua—kemudian meletakkan nampan di atas meja yang berada tak jauh dari pintu masuk. Sambil tersenyum kepada kami, Lucy pun berkata, "Minumlah selagi segar, Nyonya, Nona."

Aku bergegas menghampiri Lucy. Menaruh keranjang di samping meja, melepaskan kedua sarung tanganku, dan langsung mengambil gelas yang baru saja di tuang lemonade oleh Lucy.

Rasa dingin, segar dan nikmat segera membasahi kerongkongan yang kering kerontang. Wah, aku tidak pernah menayangkan lemonade akan seenak ini di musim panas.

VENGEANCE : After (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang