Kyra
"Kamu gak punya Mommy?" Aku mendengar dari kejauhan suara Hope. Aku baru saja kembali dari kamar mandi dan menemukan si kembar dan Yuri sedang sibuk menggambar— setidaknya begitulah yang terlihat—dengan mereka yang masing-masing duduk dibelakang meja lipat—dengan posisi Hope di tengah, Hero di kiri, dan Yuri di kanan.
Yang entah bagaimana bisa semua itu tersedia dalam waktu singkat. Mungkin para pengasuh yang memberikannya pada mereka.
Aku, yang tadinya mau mendekati mereka, lantas menghentikan langkahku untuk mencuri dengar percakapan mereka. Merasa penasaran juga atas apa yang mereka sedang bicarakan.
"Tidak. Aku punyanya cuma Nini dan kakek saja," jawab Yuri. Kepalanya tertunduk, tangannya yang memegang krayon sedang sibuk menorehkan sesuatu di atas kertas.
Hope, yang juga sedang melakukan hal yang sama lantas kembali bertanya, "Mommy kamu memangnya ke mana?"
"Mommy aku sudah meninggal karena sakit," jawab Yuri.
"Oh, jadi kamu gak' punya Mommy? Terus kenapa tinggal di sini? Kenapa gak' tinggal di panti asuhan? Di sana, kan, tempat anak-anak yang gak' punya Mommy." Hope berhenti menggambar guna menoleh ke Yuri. "Kemarin aku ke sana. Anak-anak di sana gak' punya Mommy. Kamu ke sana saja. Biar nanti dapat Mommy. Kata Mommy aku, nanti anak-anak di panti asuhan suatu saat bisa dibawa sama Mommy Daddy. Mungkin saja nanti kamu dapat Mommy."
Yuri menggeleng. "Aku punya ayah, kok."
"Aku punya-nya Daddy," kata Hope. "Tapi aku gak' punya kakek. Aku cuma punya nenek. Nenek aku namanya nenek Lilly, tapi dia sudah mati. Kalau gak' punya nenek tinggalnya di mana, ya?"
"Di panti asuhan?" Yuri balik bertanya.
"Gak'. Di sana cuma buat anak-anak yang tidak punya Mommy Daddy saja," sahut Hope. Dia lalu menoleh ke arah Hero. "Kak, kalau tidak punya nenek seperti kita tinggalnya di mana, ya?"
"Di rumah paman Yoongi," Hero menjawab dengan acuh, sebab ia sedang sibuk memainkan dua batang krayonnya, seolah benda itu adalah makhluk hidup yang sedang berkelahi.
"Tuh, aku sama kakak tinggalnya di rumah paman Yoongi," ujar Hope, ia lalu kembali menggambar.
"Aku juga punya paman yang namanya Yoongi," kata Yuri.
"Ih, kok sama? Tapi Paman Yoongi aku sukanya ngomong 'kau brengsek terus'. Mommy aku suka bertengkar dengan Paman kalau dia bicaranya tidak baik."
"Aku sih, jarang bertemu dengan Paman Yoongi aku," kata Yuri. "Mommy kamu cantik, ya? Dia juga baik lagi."
"Mommy aku galak. Dia suka omelin aku kalau aku nakal," kata Hope.
"Ya, itu karena kamu nakal," sahut Yuri. "Aku juga mau punya Mommy."
Hope meletakan krayonnya. Dia mendekatkan wajahnya ke Yuri, membuat Yuri juga berhenti menggambar, dan jadi menoleh ke arah Hope. "Aku, kan, sudah punya Daddy. Kamu mau gak' sama Mommy aku?"
Yuri berkedip pelan. "Memangnya kamu gak' mau sama Mommy kamu?" tanyanya.
"Mau, tapi kalau buat kamu gak' apa-apa," kata Hope. "Kamu gak' nakal kan?"
Yuri menggeleng. "Kalau Hero, memangnya gak mau sama Mommy Kyra juga?"
Hero menggeleng. "Aku maunya sama paman Tae. Soalnya dia matanya satu. Keren."
"Daddy juga keren, kan, Kak?" tanya Hope.
"Daddy juga keren, tapi Daddy sudah punya kamu," kata Hero.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENGEANCE : After (S2)
FanfictionBook II (Sebelum baca ini, baca dulu Vengeance S1) Tiga tahun setelah kejadian 'malam itu' baik Kyra, Jungkook maupun Taehyung, mereka sama-sama masih belum bisa terlepas oleh jerat 'rasa bersalah'. Mereka masih mencari cara untuk menembus kesalaha...