JungkookTerhitung sudah enam hari sejak aku pertama kali mendengar berita tentang penyerangan terhadap Kyra dan anak-anakku, dan sudah selama itu juga aku tidak bisa tidur dengan tenang setiap malam.
Semua yang aku lakukan terasa salah.
Banyak pikiran yang berdesakan di kepalaku, dadaku pun terasa sesak dan sakit. Apalagi hingga kini, aku belum mendapatkan kabar terbaru tentang Kyra dan Hero. Hingga kini mereka berdua masih tidak sadarkan diri dan masih dalam pemulihan. Kyra sememangnya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih, tapi tidak dengan Hero. Dokter bilang, dia sebenarnya hanya butuh dua atau, paling tidak, tiga hari untuk pulih. Tidak selama ini. Hal itu membuatku semakin gelisah, meskipun pemeriksaan medis mengatakan bahwa kondisi mereka semakin membaik seiring bertambahnya waktu. Namun setiap detik yang berlalu, setiap itu juga rasa takutku bertambah.
Aku memang sekarang sedang berbaring di atas ranjang kamar selku, tetapi rasanya seperti aku sedang berada di dalam peti mati yang sesak, yang sudah dikuburkan di dalam enam meter di dalam tanah.
Ada bunyi bip, bip, bip, pelan dari balik bantalku. Itu merupakan alarm dari arlojiku, yang menandakan bahwa ini sudah tengah malam.
Aku tetap memejamkan mata. Aku harus tidur, untuk malam ini saja. Sebab jam sepuluh siang ini, aku akhirnya bisa keluar dari tempat ini untuk mengunjungi Kyra dan anak-anakku di rumah sakit.
Izin luar biasa yang kudapatkan memang hanya membutuhkan waktu sehari untuk disetujui, tetapi agar permintaan itu terlaksana, membutuhkan banyak prosedur yang memakan waktu, sehingga aku harus menunggu sampai lima hari lamanya untuk bisa pergi keluar selama tujuh jam saja.
Ada getaran terasa di bawah bantalku. Kali ini aku membuka mataku, karena itu berasal dari ponsel lipat yang diselundupkan oleh ayahku minggu lalu. Aku memposisikan tubuh dalam keadaan duduk dengan kaki yang turun ke lantai selagi aku mengambil ponsel dari bawah bantal.
Ada sebuah pesan masuk. Dari nomor ayahku.
Selamat ulang tahun, Nak. Ayah dan ibu mendoakan yang terbaik untukmu. Kami menyayangimu. Tidak ada kabar terbaru tentang Kyra dan Hero. Yuri dan Hope sedang tertidur bersama ibumu.
Ah, sekarang ulang tahunku, ya?
Apa gunanya itu?
Umurku hanya bertambah angkanya. Tidak ada yang hebat tentang itu.
Walau aku cukup mensyukuri apa yang terjadi di tahun ini; aku bisa bertemu kembali dengan Kyra dan anak-anakku, juga dalam tiga minggu lagi, aku akhirnya bisa keluar dari tempat ini. Namun sayangnya, semua itu harus kubayar dengan menggunakan keselamatan Kyra dan anak-anakku.
Apa itu semua sepadan?
Dalam gelap dan sunyinya ruangan ini, aku memejamkan mataku. Kali ini untuk berdoa. Dulu, Gina bilang kalau aku berdoa meminta sesuatu sewaktu hari ulang tahunku, maka kemungkinan permintaan itu akan dikabulkan menjadi naik hingga sepuluh persen. Aku hanya tertawa menanggapi omong kosong itu. Bagiku itu sangat tidak masuk akal, konyol. Dan lagi, apa yang harus aku minta? Aku sudah punya segalanya. Setidaknya, dulu seperti itu, tapi kini, aku akan mengambil apapun itu jika itu bisa membantu kesembuhan Kyra dan Hero.
Maka, aku mulai berdoa untuk mereka.
Di saat yang bersamaan, ada terdengar bunyi reyot dari kasur di atas. Lalu aku merasakan pergerakan dari sana, dan detik selanjutnya, aku mendengar Taehyung melompat turun dari kasurnya. Kupikir dia bakal menggunakan kloset atau wastafel, tetapi aku malah merasakan dia duduk di sebelahku. Jadi aku membuka mata, dan terkejut saat melihat ada api pemantik di depan wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENGEANCE : After (S2)
FanfictionBook II (Sebelum baca ini, baca dulu Vengeance S1) Tiga tahun setelah kejadian 'malam itu' baik Kyra, Jungkook maupun Taehyung, mereka sama-sama masih belum bisa terlepas oleh jerat 'rasa bersalah'. Mereka masih mencari cara untuk menembus kesalaha...