Taehyung
"Ayah. Taehyung ... Nah, coba katakan sekali lagi seperti itu."
"Ayah Taehyung!" Hope berseru senang, sementara Hero hanya mengumankannya dengan pelan.
"Aku punya ayah bajak laut," kata Hero.
Aku tertawa, lalu membuka penutup mataku. "Sekarang tidak lagi. Hanya seorang pria biasa. Ayah biasa."
"Wah, matanya warna putih. Keren sekali!" kata Hope. Anak itu selalu saja melihat segala sesuatu dengan riang.
"Kenapa aku harus panggil paman ayah? Paman, kan, bukan ayah aku?" tanya Yuri penasaran.
Aku sedang berada di ruang rawat Hero, duduk di salah satu sofa tunggal yang ada di sebelah ranjang Hero, dengan Hope yang ada dipangkuanku, sedangkan Yuri duduk manis di sofa panjang yang disulap menjadi kasur sementara Hope dan Yuri selama mereka berdua tidur di sini. Terdapat beberapa bantal, boneka, dan dua selimut tebal di sana.
Sekiranya sudah hampir satu jam aku menghabiskan waktu bersama ketiga keponakanku yang menggemaskan ini. Sesaat aku masuk ke ruangan ini tadi, Hope langsung menyambutku dengan riang, ia sempat menanyakan keberadaan Daddy, dan juga tadi Jungkook sempat menghubungi anak-anaknya lewat ponsel Jun. Mereka berbicara selama beberapa menit. Setelah panggilan terputus, ketiganya kembali bermain bersamaku hingga Nyonya Jeon masuk untuk memberikan mereka makan siang, yang sudah diselesaikan sejak dua puluh menit yang lalu. Dan sekarang aku sedang mengajari mereka untuk memanggilku dengan sebutan, 'ayah Taehyung' alih-alih 'Paman Taehyung'.
Tidak ada alasan khusus kenapa aku tiba-tiba meminta mereka melakukannya, aku hanya —yah, aku hanya ingin tahu rasanya menjadi orang tua dan agar kami semua bisa lebih akrab.
Aku akan pergi dalam waktu dekat, jadi aku ingin menggunakan waktu sebaik-baiknya dengan mereka.
Dan juga ... Agar membuat Jungkook kesal. Dia bakal mengamuk kalau tahu anak-anaknya kuajari seperti ini, dan aku suka melihatnya mengamuk seperti gorilla tidak kawin dua musim.
"Karena Paman adalah ayah angkat kalian," aku menjawab sekenanya.
Hope mendongak menatapku. "Paman memangnya suka di angkat-angkat? Nanti aku angkat paman?"
"Bukan begitu. Ayah angkat itu seperti ayah kedua bagi kalian."
"Jadi, ayah aku ada dua?" tanya Yuri. "Satu Daddy Jungkook, satu ayah Taehyung?"
"Ya, benar."
"Kalau Mommy-nya, ada dua juga?" ini pertanyaan yang dilontarkan Hero.
"Tidak! Mommy hanya satu. Hanya satu. Tidak boleh ada yang lain, oke? Hanya Mommy Kyra saja," kataku dengan suara kelewat tegas. Bisa-bisa Kyra merajuk kalau dia mendengar ini. Bisa-bisa Jungkook diminta perpanjang masa tinggalnya di penjara oleh Kyra jika si pincang itu beristri dua. "Pokoknya, mulai sekarang kalian panggil Paman dengan sebutan 'ayah', oke? Nanti paman turuti apapun yang kalian minta," bujukku.
"Oke!" seru Hope dan Hero secara bersamaan.
Yuri hanya menatapku sambil berkedip pelan, ia tidak memberikan respon seantusias Hope. Sejak awal bertemu pun, dia tidak terlalu berinteraksi banyak denganku. Baginya, aku adalah orang asing yang baru ia temui. Tidak seperti si kembar yang memang sudah sering bertemu denganku. Tapi sungguh, dia mirip sekali dengan Mirae, bahkan caranya berbicara, berdiri, hingga senyumnya mirip sekali dengan ibunya. Dia juga sangat terlatih dengan baik, jelas sekali kalau memang ia dididik untuk menjadi perempuan yang anggun.
"Aku berarti boleh minta mainan kotak musik lagi pada Paman, eh, Ayah Tae?" tanya Hope.
"Tentu saja, nanti ayah buatkan yang banyak."
KAMU SEDANG MEMBACA
VENGEANCE : After (S2)
FanficBook II (Sebelum baca ini, baca dulu Vengeance S1) Tiga tahun setelah kejadian 'malam itu' baik Kyra, Jungkook maupun Taehyung, mereka sama-sama masih belum bisa terlepas oleh jerat 'rasa bersalah'. Mereka masih mencari cara untuk menembus kesalaha...