Chapter 20

1.4K 141 66
                                    

Kyra

Setengah jam setelah aku dan Sona bertukar kisah, akhirnya kami untuk memutuskan berpisah.

Sejujurnya, aku masih ingin bersenda gura melepas kerinduanku pada Sona, masih banyak hal yang ingin kuceritakan, akan tetapi waktu dan tempat tidak memungkinkan kami untuk melakukannya.

Aku tidak bertanya di mana Sona tinggal, begitu pula sebaliknya. Itu semua untuk keamanan masing-masing.

Selama Minho masing dalam persembunyiannya, dan selama Tuan Kim masih mencoba mencari Minho, ada baiknya untukku dan Sona untuk tidak bertemu atau bahkan bertukar kontak, walau sebenarnya aku agak cemas memikirkan keselamatan Sona dan bibi Hae-in. Pikirku, lebih baik mereka jika tinggal bersamaku saja, kan?

Namun Sona menolak ajakanku dengan alasan kalau dia tidak ingin menambah bebanku. Ia juga menyakinkanku bahwa dia dan Hae-in akan baik-baik saja. Maka, dengan berat hati, kami pun harus berpisah sampai waktunya tiba untuk kami bertemu lagi.

Dengan mempertimbangkan waktu dan jarak, aku dan Jun memutuskan untuk kembali ke Eastwood dengan menggunakan kereta. Jam sudah menunjukan pukul setengah satu saat kami berdua tiba di stasiun kereta Bronzeville.

Selama dalam perjalan, Jun memaparkan beberapa dugaan yang bisa dia simpulkan dari pelbagai kejadian yang terjadi belakangan ini dan pernyataan Minho. Salah satunya adalah tentang hubungan Yoo Ji dan Minho. Menurut Jun, kemungkin besar mereka bertemu adalah karena dulunya mereka berdua pernah berkerja di bawah perintah Tuan Kim. Entah Minho yang lebih dahulu mendekati Yoo Ji, atau pun sebaliknya.

Dan kerja sama antara mereka berdua semakin menjelaskan banyak hal, seperti alasan di balik mengapa Yoo Ji sangat berusaha keras untuk melindungiku selama ini. Sebab kuyakin, upaya balas dendam saja tidak akan sampai membuat aku sebegitu berharganya di mata Yoo Ji, hingga dia rela mengorbankan dirinya.

"Saya pikir, kepergian Yoo Ji beberapa waktu lalu juga karena Tuan Choi. Bahkan mungkin, mereka berdua sedang bersama-sama sekarang," kata Jun ketika kami baru saja turun dari kereta.

"Aku juga menduga seperti itu." Apalagi Minho menghubungiku dengan nomor yang sama yang meneleponku ke ponsel sekali pakai yang kuambil dari loker, yang sudah kubuang sejak sesaat aku keluar dari rumah yang kudatangi tadi. "Apa menurutmu, Minho yang menonaktifkan chip yang sempat ditanamkan oleh Tuan Kim padaku?" tanyaku.

"Kemungkin besar, ya," jawab Jun. "Anda bilang kalau Minho juga memiliki microchip itu, kan? Dia tidak akan bisa lari dan bersembunyi dari Tuan Kim jika dia tidak mencari cara untuk mengeluarkan benda itu dari tubuhnya sendiri."

"Menurutmu, apa yang sedang Minho buat untuk Tuan Kim, hingga Minho percaya diri menggunakan itu untuk menukarnya dengan kebebasan Jungkook dan Taehyung? Apa yang sebegitu berharganya?" Aku melontarkan pertanyaan yang sedari tadi mengganjal di benakku.

"Maaf, Nona. Saya tidak memiliki apapun tentang hal itu."

"Untuk sekarang," ucap Jun tiba-tiba. "Jangan katakan pada siapapun bahkan pada Tuan Min Yoongi, kalau Anda pergi atas perintah Yoo Ji."

Aku mengangguk.

Jun lalu menunjuk ke sebuah area internet gratis yang disediakan pihak stasiun untuk para penumpang. Tujuannya kami kesana adalah untuk menggunakan komputer umum yang disediakan di sana. Ketika kutanya pada Jun mengapa tidak menggunakan laptopku saja, Jun menjawab bahwa lebih aman bila kita menggunakan komputer umum, sebab dia tidak yakin bila laptopku yang sekarang aman.

Sesampainya di area itu, aku dan Jun duduk di meja panjang dekat jendela. Di meja panjang tersebut terdapat jajaran komputer siap pakai.

Jun menyalakan komputer dan langsung menyambungkan USB yang baru saja kami dapatkan. Aku yang duduk di sebelahnya menggeser dengan sedikit kursiku agar dapat melihat jelas ke layar komputer Jun.

VENGEANCE : After (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang