Chapter 17

1.5K 148 86
                                    

Jungkook

"Hope, jangan jenggut rambut Kakak!" Suara Kyra tenggelam oleh teriakan Hope dan tangisan Hero. Terdengar seperti sedang ada kegaduhan dari seberang panggilan yang sedang kami lakukan sekarang. Padahal baru dua menit yang lalu aku diberitahu oleh Kyra, bahwa si kembar sedang anteng dan bermain bersama, tapi tahu-tahu mereka menangis kencang seperti sekarang.

Tiba-tiba terdengar suara peringatan bahwa panggilanku sudah mendekati batasnya. Hanya tersisa satu menit lagi.

"Maaf, tadi si kembar rebutan mainan," kata Kyra. "Yah, kau tahulah, anak-anak."

"Sekarang mereka sudah akur kembali?" tanyaku.

"Untuk sekarang, ya," jawab Kyra. "Apa kau sudah menghubungi ibumu dan Yuri? Kau selalu menggunakan tiga jatah panggilanmu untuk menghubungiku dan si kembar. Kau pasti tidak memiliki kesempatan untuk menghubungi mereka karena kami."

Memang sudah satu minggu ini aku belum menghubungi mereka. Bukannya aku tidak ingin menghubungi mereka, hanya saja, setiap kali aku menghubungi Kyra, aku lupa waktu, sehingga tidak tersadar kalau ternyata aku sudah menggunakan semua jatah panggilanku, dan akhirnya aku tidak bisa menghubungi rumahku.

Untuk mengakali itu, sebenarnya aku bisa meminta bantuan Taehyung dengan menggunakan jatah panggilannya, akan tetapi, Taehyung sama sekali tidak mau bicara padaku. Bahkan ketika aku memohon padanya, dia tetap mengabaikanku, seolah aku selama ini hanya berbicara pada dinding alih-alih pada manusia.

"Kau masih memiliki satu panggilan lagi," Kyra menambahkan saat aku tidak kunjung meresponnya. "Gunakan itu untuk menghubungi ibumu dan Yuri. Mereka pasti merindukanmu juga."

Aku tersenyum. "Ya, aku akan menghubungi mereka. Terima kasih atas pengertianmu."

"Dan lagi, besok aku akan datang mengunjungimu. Jadi, kita bisa punya banyak waktu lebih untuk berbicara."

Dan juga untuk bercinta.

"Baiklah. Panggilan ini juga mau berakhir. Kurasa kita harus menyudahinya sekarang," kataku dengan berat hati. Hitungan mundur waktu panggilan yang muncul di layar kecil telepon umum ini semakin mendekati waktunya.

"Kalau begitu, sampai ketemu esok siang. Aku mencintaimu."

"Aku juga men—"

Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, tapi panggilan sudah terputus begitu saja.

Dengan helaan putus asa, aku lalu meletakkan kembali gagang telepon.

Aku melihat arlojiku. Sekarang hari Minggu dan sudah jam tiga sore. Setahuku, Yuri tidak memiliki jadwal apapun di hari Minggu. Biasanya, jika akhir pekan tiba, Yuri hanya akan menghabiskan waktunya bersama ayahku dan kuda poni peliharaan. Jadi, ini waktu yang tepat untuk menghubungi orang tuaku.

Di belakangku, tiba-tiba aku mendengar suara gaduh. Aku menoleh untuk mengecek keadaan, dan rupanya ada beberapa inmate yang sedang bersitegang di aula blok sel. Beberapa dari mereka mulai bangkit dari kursi dengan dada yang membusung dan ekspresi yang saling menantang satu sama lain.

Apa tidak ada sipir yang mendisiplinkan mereka?

Tadinya aku ingin mengabaikan mereka. Namun, teriakan mereka semakin kencang dan semakin gaduh. Bagaimana aku bisa menghubungi Yuri jika di sekitarku seberisik ini?

Belum lagi, mereka sekarang saling meneriaki sumpah serapah. Tidak baik juga Yuri sampai mendengarnya.

Aku menunggu petugas sipir untuk melerai mereka, tetapi hingga beberapa saat kemudian, sipir tetap tak kunjung datang. Di pos penjaga pun tidak satu orang pun sipir yang menjaga. Tidakkah para petugas belajar dari kesalahan beberapa hari yang lalu?

VENGEANCE : After (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang