Chapter 37 - part 1

924 81 58
                                    


Kyra

Jungkook berjalan mondar-mandir sambil berbicara di telepon. Dia sudah melakukan itu sejak tadi pagi.

Sekarang dia sedang berbicara dengan Yoongi. Lima menit yang lalu dia berbicara dengan ayahnya untuk waktu yang lama. Aku tidak bisa mendengar apa yang ia bicarakan karena dia berada di sudut ruangan, agak jauh dari tempatku berbaring. Yang bisa kulihat hanyalah mimik wajahnya yang terus menunjukan kekesalan dan kekhawatiran.

Oh, seharusnya aku tidak memberitahunya soal jendela balkon yang terbuka semalam. Kalau saja aku tetap diam, dia tidak akan sekhawatir ini.

"Tuan Jeon sepertinya sedang dalam suasana hati yang buruk," kata Dr. J, yang sedang melakukan pijatan lembut di pergelangan kakiku. "Sejak tadi pagi, saya hanya mendengar omelannya ketika sedang berbicara dengan para penjaga."

"Dia hanya sedang kelelahan." Kepalaku menoleh ke arah Jungkook yang berdiri di dekat jendela dan segar menyugar rambutnya, tampak frustasi dengan apa yang sedang ia bicarakan.

Setelah insiden balkon yang tiba-tiba terbuka dan aku yang melihat seseorang berdiri di sudut ruangan, suasana villa menjadi lebih mencekam. Aku kesulitan untuk tidur, begitu pula dengan yang lainnya karena mereka mencoba mencari penyusup itu. Namun sayangnya tidak ditemukan sama sekali tanda-tanda ada yang masuk ke tempat ini secara paksa ataupun diam-diam.

Jun sudah menyisir seluruh area villa, bahkan hingga beberapa kilometer sekitarnya, tapi tetap tidak temukan hal aneh. Di villa ini tidak banyak memiliki kamera CCTV, hanya diletakkan di bagian depan, belakang dan gerbang yang menjorok ke jalan utama. Setelah dicek semua rekaman, tetap tidak ditemukan ada orang yang masuk selain penghuni rumah.

Dugaan pertama adalah penyusup masuk ketika kami semua sedang pergi dan si penyusup menunggu di dalam rumah lalu keluar ketika semua orang tertidur. Namun hipotesis itu dipatahkan karena ketika kami pergi ada empat orang penjaga yang tinggal di villa dan tidak satupun melihat orang mencurigakan, dan juga setelah belasan kali menyisir rumah sini, tidak ditemukan tanda-tanda kehadiran orang lain selain penghuni rumah. Seolah, siapapun orang itu, dia tiba-tiba muncul dan hilang tanpa jejak. Seperti hantu. Tapi kami semua tahu tidak ada hal semacam itu.

Jadi hanya ada satu dugaan lainnya; orang itu hanya ada didalam pikiranku. Tidak nyata. Yang kebetulan saja saat itu, Jungkook lupa menutup jendela balkon dan merasa kalau dia sudah menutupnya. Aku sudah memberitahu soal kemungkinan itu pada Jungkook, tapi dia bersikeras bahwa aku tidak berhalusinasi. Bahkan kami sempat bertengkar karena membicarakan itu.

Jungkook menyudahi panggilannya dan menghampiriku lagi. Ia duduk di sofa datar tak jauh dari ranjang tempat ku berbaring. Kami bertatapan dan dia memberikanku senyuman hangat. "Barusan aku berbicara dengan Helena."

"Heh? Helena? Apa dia tahu tentang insiden semalam?" tanyaku.

Dia mengangguk. "Yoongi memberitahunya dan barusan Helena berbicara padaku lewat Yoongi."

"Apa yang kalian bicarakan?"

"Dia hanya menanyakan kabarmu dan anak-anak, lalu mengancamku."

"Mengancammu?"

"Dia bilang, kalau terjadi sesuatu pada kalian, aku akan mati dua kali. Yang pertama karena dia membunuhku, dan yang kedua karena ketika dia bertemu di akhirat, dia akan membunuhku lagi," kata Jungkook dengan suara bernada humor.

Aku mendengkus, lalu memutar mata. "Oh. Yang benar saja."

Sebuah senyuman kecil darinya. "Dia benar-benar menyayangi kalian. Dan itu bagus. Aku jadi tenang jika meninggalkan kau dan anak-anaknya dengannya."

VENGEANCE : After (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang