Jubaedah berdiri dengan tiba-tiba, memandangi Jaemin dengan wajah pias dan memegangi perut besarnya.
"Nak, kamu nggak papa?"
"Eomma, seperti nya adek mau keluar" jawabnya, Jaemin limbung namun tertolong oleh tangan Jubaedah yang bergerak cepat menangkap tubuhnya.
Detik ini juga Jubaedah memanggil siapa saja yang ada disana dan berinisiatif untuk membawa Jaemin ke rumah sakit.
Karena saat ini Jeno sedang dinas dan juga sang suami yang sedang berlayar ke negeri Jepang, membuat Jubaedah lah sosok yang paling dekat dengan Jaemin saat ini.
Dipanggilnya asisten Yoshi dan Haruto. Tubuh Jaemin di angkat oleh haruto menuju lantai bawah. Di belakang mereka, Jubaedah tampak menghubungi Yuta.
Tentu saja setibanya di rumah sakit, Jaemin di tempatkan di ruang VVIP dengan dokter khusus yang menangani nya. Dokter muda itu berkata bahwa ini memang sudah saat nya operasi sesar di lakukan.
Jubaedah mencoba menenangkan Jaemin, mengusap dahi nya yang di penuhi keringat dingin.
"Nana, eomma sudah bilang padamu bahwa usia kandunganmu sudah tua. Tetapi kamu tetap memberi lampu hijau pada suami mu untuk bekerja" keluh Jubaedah khawatir.
Jaemin tersenyum lalu berkata "nggap papa ma,, kalau mas Jeno nggak bisa pulang hari ini, besok juga udah bisa melihat bayi nya" jaemin masih memainkan jemari Jubaedah.
Kini jaemin sudah di bawa masuk ke ruang bedah, sosok Jubaedah begitu khawatir. Dirinya mondar mandir di ruang tunggu sambil merapalkan doa.
"Istriku!!!"
"Honey,, kamu kembali?"
Entah dari mana asalnya tiba-tiba yuta berlari ke arah Jubaedah dan merengkuh tubuhnya.
"Sebenarnya aku masih di bandara, penerbangan semalam aku gagalkan karena ada suatu urusan di kantorku. Terimakasih sudah menjadi ibu yang baik" Yuta tidak ada henti nya mengecup kening Jubaedah.
Tidak lupa mengusap perut jubaedah karena saat itu sedang hamil muda, yakni dua bulan.
"Itu sudah menjadi tanggung jawabku, sebagai seorang ibu. Terimakasih sudah menjadi suami yang baik" tubuh Jubaedah terduduk di sebuah sofa panjang.
Membiarkan Yuta menghubungi Jeno yang sedang menuju perjalanan pulang.
"Winwin, kau pasti bangga di sana. Aku berharap suatu saat nanti, cucu kita akan menjadi seorang pria yang dikenal dengan budi pekerti nya yang luhur" monolog Yuta kemudian tersenyum ke arah Jubaedah.
* * C A N D Y * *
Pintu ruang rawat itu berderit, menampilkan sosok Jeno yang berjalan masuk membawa buket bunga tulip putih gading dan beberapa buah kesukaan Jaemin.
Suami manisnya saat itu sedang tidur, dengan perutnya yang sudah rata dan peralatan medis yang melekat sempurna di tubuhnya.
Tentu saja mesin EKG menjadi objek pandang kedua setelah Jaemin. Di kecup nya kening Jaemin dua kali dengan mata terpejam.
Jeno bisa merasakan betapa kuat nya sosok Jaemin yang masih belia itu. Bahkan setiap malam Jeno rela kehilangan waktu tidurnya untuk bisa membawa Jaemin ke alam mimpi.
Karena begitu aktifnya janin di dalam perut Jaemin waktu itu. Menendang, bergulir bahkan jaemin bisa merasakan kalau kepala bayi itu semakin turun ke bawah.
Jeno meletakkan bunga tulip itu pada vas berisi air yang sudah di di sediakan dengan perasaan gemetar. Antara sedih dan bahagia bercampur jadi satu. Keinginannya menjadi seorang ayah pun terkabulkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDY || NOMIN 🔞 END
Любовные романыHATE BECOME LOVE STRAIGHT BECOME GAY Warning : ADULT STORY