Dokter itu bernama Renjun, dokter muda dari China yang memberi penanganan pada si manis Jaemin.
"Sodara Nana memiliki daya tahan tubuh yang begitu ringkih. Udara dingin membuat pembuluh darah di hidungnya pecah, kemudian terjadi pendarahan dan mengalir dari rongga hidungnya. Disisi lain, Flu juga menyerang di waktu yang sama" terang dokter Renjun sambil mengangkat kacamatanya.
"Selain itu, nihil. Result tes darah dari sodara Nana, tidak terdeteksi penyakit apapun" imbuhnya sambil menulis beberapa obat untuk ditebus oleh pak Jaehyun.
Karena pada saat itu, mpok Jubaedah tidak memberanikan diri untuk mendengar perkataan sang dokter mengenai anak asuh nya. Jubaedah terlalu lemah untuk mendengar hal buruk yang menimpa.
Jaehyun tertegun, betapa malang nya nasib Jaemin. Ditemani rasa bersalahnya, Jaehyun membuka pintu kamar Jaemin. Melihat Jubaedah sedang menciumi punggung tangan Jaemin yang belum sadar.
"Darah itu sangat banyak, sangat kental dan pekat" cicit Jubaedah, tanpa menoleh pada sosok jaehyun yang terpaku di belakangnya.
"Aku tidak yakin kalau Nana sedang baik-baik saja. Yang aku tau, Nana yang dulu ceria kini bukanlah Nana yang pernah aku lihat sebelumnya. Jaehyun, apakah kau menyembunyikan sesuatu?"
Jaehyun merasa tertekan oleh perkataan Jubaedah. "Aku rasa tidak" jawabnya. "Makanlah, aku membelikan mu bubur ayam. Ini kesukaanmu, Edah"
"Bagaimana aku bisa makan, sedangkan Nana belum sadar. Semalam, Nana muntah berat. Tidak ada sedikitpun makanan yang ia konsumsi setelah itu" kedua mata Jubaedah berkaca-kaca.
Kembali memandang Jaehyun dengan perasaan murka.
"Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi Jaehyun, sebelum aku mencari tau sendiri apa yang menyebabkan Nana seperti ini!"
"SUDAH KU BILANG TIDAK ADA APA-APA, kumohon Edah percayalah"
Kedua mata mereka saling beradu pandang.
"Beberapa hari yang lalu, ujung bibir Nana ku pecah! Aku melihatnya yang bersusah payah untuk mengunyah makan malamnya. Kau bilang itu baik-baik saja" Jubaedah membawa tangannya untuk mencengkeram kerah Jaket mantan kekasihnya itu.
Jaehyun semakin terpojokkan, bayangan tamparan tangan Mina pada ujung bibir Jaemin membuat Jaehyun meneguk ludahnya mati-matian. Apalagi tatapan Jubaedah seakan ingin melahapnya mentah-mentah.
Api di dalam mata Jubaedah pun berkobar, seakan ingin membakar hidup-hidup dirinya yang sudah membentur tembok di ruang itu.
"Jub-jub edah"
"Uhuukkk, mpokkk"
Kepala mereka bergerak bersamaan, mendengar suara rintihan Nana.
Jubaedah kembali menatap sengit pada Jaehyun. "Urusan kita belum selesai" bisiknya. Kemudian ia hempaskan kasar tangannya.
"Nana, ini mpok Na"
"Mpok, Nana dimana mpok"
Jubaedah berusaha tersenyum, berusaha melawan arus untuk menyimpan kesedihannya.
"Ini rumah sakit sayang"
* * C A N D Y * * Hunian Lee Jeno
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.