DIS-1

65K 2.3K 135
                                    

Disclaimer

This is a work of fiction. This novel's story and characters are fictitious. Certain long-standing institutions, agencies, and public offices are mentioned, but the characters and issues involved are wholly imaginary.

Also, with the theme, issues related have been rearranged to suit the convenience of the novel and with the exception of public figures, any resemblance to person living or dead is coincidental.

You can send me messages or just leave on comment section if you have something agree or dissagree with.

Stay wise and classy everyone!

***

DISCONNECTED

2023

(or you can click the shortcut link of the Spotify Playlist on my bio)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(or you can click the shortcut link of the Spotify Playlist on my bio)

***






Narendra's.

In fact, I'm too lazy to deal with people who say nonsense with great confidence under any circumstances.

However, this time will be different.

"Maaf, Pak. Tapi, bahasan Bapak sudah melenceng jauh dari topik yang kita bicarakan."

"Ya sudah, saya tanya kenapa proyek track race di Surabaya-yang digadang-gadang akan selesai akhir tahun ini-kenapa bisa mangkrak 7 bulan?" Suara Pak Malik terdengar menggelengar keras memenuhi area studio.

Selain gue, orang-orang di belakang kamera, termasuk Syahma-pembawa acara On The Air-keliatan terkejut dengan pertanyaan yang masuk ke list 'dilarang untuk ditanyakan ke gue' ketika gue mengiyakan datang sebagai salah satu tamu di acara talk show yang sedang naik daun ini.

"Baik, Pak. Kita kembali ke topik yang sebelumnya, mengenai pendapat Pak Malik tentang-"

What were their words? Menjaga brand image partai politik? Meningkatkan elektabilitas? Apalagi yang 'mereka' bilang untuk membujuk gue datang ke sini, berhadapan dengan Pak Malik yang seringkali dihindari banyak politikus ketika akan datang ke acara publik begini?

Gue cuma bisa melempar senyum-ke orang-orang berwajah pucat yang berdiri di belakang kamera-sebelum melarikan pandangan ke Syahma yang kelihatan sama gugupnya.

"Kenapa? Nggak mau menjawab atau nggak bisa menjawab, Pak Narendra?"

"Baik. Jadi, topiknya berubah, ya, sekarang?" Gue tahu ini kedengeran goblok banget, tapi omongan gue barusan ini hitungannya jadi peringatan. Gue kerja ngulur waktu, dan lainnya cari tahu gimana caranya supaya Pak Malik bisa tutup mulut.

DISCONNECTED (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang