DIS-5

15.3K 1.5K 234
                                    

Narendra's.








Katon melambaikan tangan dari kejauhan, disusul Hatalla yang juga ikut melambaikan botol beernya ke udara, memberitahu tempat di mana mereka duduk.

"Sibuk, Ndra?" Katon menepuk bahu gue sekilas begitu gue menarik salah satu kursi yang ada di sebelahnya.

Gue membalas sapaan Katon seadanya, "Belum liat berita? Baca artikel, scrolling sosial media?" tanya gue, memberondong Katon dengan banyak pertanyaan.

Hatalla mendorong satu botol beer dan satu gelas kosong ke arah gue. "After living in peace for a long time, your friend caused trouble today," katanya, mengangkat gelas beernya ke udara.

"Oh, ya?" Katon menimpali dengan raut wajah datar. Meskipun terdengar dan kelihatan nggak tertarik, dia malah mengeluarkan iPhone dari saku celana jeans-nya. "If I want to know what problem Narendra is causing, what keywords should I use?" Tatapannya nggak beralih sedikitpun dari laman pencarian Google saat menanyai Hatalla.

"Nggak perlu repot-repot tulis keywords segala, sih. Tinggal refresh browser lo aja, almost every media outlet has a picture of me with my name on it, kok."

Mendengar jawaban senewen gue, Hatalla terbahak keras sambil memukul-mukul permukaan meja-mengundang decakan dari gue dan Katon karena ulahnya menyebabkan beberapa gelas kosong di atas meja berjatuhan.

Dari banyaknya kesialan yang menimpa gue hari ini, Hatalla yang tadinya absen datang lalu mendadak ada di sini adalah hal yang nggak gue harapkan untuk gue dapatkan hari ini.

Kalau ini game, situasi gue sekarang bisa dibilang KO, alias sudah nggak bisa tertolong lagi.

"Bener. Rame juga ternyata beritanya." Dari riuhnya tawa Hatalla dan gue sendiri yang mencoba mengabaikan makhluk gendeng satu itu, raut wajah Katon dan nada bicaranya yang datar membuat gue dan Hatalla terdiam.

Si sialan ini ternyata nggak ada bedanya juga.

Gue cuma bisa pasrah mendengar tawa keras Hatalla ketika Katon membaca keras-keras beberapa artikel berita tentang gue yang tersebar di banyak portal media.

"Seperti yang diketahui melalui interview eksklusif dengan Pak Malik-salah satu pemerhati politik-yang mengatakan bahwa pengerjaan project track race Kemenpora yang rencananya akan dibangun di Surabaya tersandung masalah-terduga-korupsi dengan pihak kontraktor.

"Narendra Gunawan sendiri, selaku Menteri Pemuda dan Olahraga menolak memberi penjelasan ketika ditanyai di salah satu acara talk show." Selagi membaca keras-keras artikel dari iPhone-nya, Katon ikut mengangguk-anggukan kepala sementara Hatalla fokus mendengarkan.

Sebenarnya, setiap gue datang ke sini-ke Notes Bleues-masalah pekerjaan serumit apa pun nggak akan pernah gue pikirin. To put it another way, this is my time. Biasanya gue nggak bakal menggubris, cenderung senewen kalau ada orang yang ngajakin gue ngomong soal kerjaan di sela waktu istirahat begini.

Tapi, manusia-manusia aneh semacam Hatalla dan Katon mana mau tahu soal larangan yang pernah gue bilang ke mereka ini? Buat mereka, waktu istirahat gue jadi waktu kerja mereka-ngerjain gue maksudnya.

"Isi artikelnya kejam juga." Gue mendengkus. "Nggak cocok sama foto senyum tiga jarimu yang mereka pakai di headline artikel," lanjutnya datar, meski gue tahu kalau Katon tengah menahan seringainya.

Sambil menganggukan kepala, gue menuang Cidre Brouchet Brut-beer yang gue pesan sebelum menghampiri meja Katon dan Hatalla-ke dalam flute glass. "Ada yang lebih kejam lagi, asal main tuduh kalau gue korupsi. Bikin pusing aja."

DISCONNECTED (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang