14. Surrender

1.1K 107 54
                                    

Pantang menyerah

Agaknya satu kalimat itu pantas disematkan kepada Seokjin. Penolakan yang ia terima dari Jisoo untuk yang kesekian kalinya tak membuat Seokjin gentar dan menyerah begitu saja. Ia masih terus berusaha mengambil hati sang pujaan hati meski kerap kali mendapatkan penolakan atau bahkan tak direspon sama sekali.

Setiap pagi ia selalu menyempatkan diri di tengah kesibukannya menyapa Kim Jisoo di kantornya. Kim Seokjin sama sekali tak menyesal telah menyewa kamar VVIP di hotel milik keluarga Jisoo. Ia malah merasa beruntung karena setiap pagi ia tidak harus jauh-jauh mendatangi Kim Jisoo untuk sekedar menyapa atau memberi sebuket bunga. Hanya dengan menggunakan lift ia bisa langsung bertemu dengan sang pujaan hati.

Meski tiap menyapa tak pernah mendapatkan respon positif, Seokjin tak pernah melewatkan satu hari pun untuk menyapa Kim Jisoo.

Tak terkecuali hari ini. Setelah ia menikmati sarapan di kamar hotelnya, seperti biasa Seokjin hendak menemui Jisoo sekedar mengucapkan selamat pagi.

Saat ada di lobi, Seokjin melihat presensi Kim Jisoo. Saat hendak menyapanya, Seokjin melihat Jimin yang datang dan menghampiri Jisoo.

"Bukannya Jisoo tau kalau dia berselingkuh?" Gumam Seokjin. "Tapi kenapa dia masih berani menampakkan wajahnya di hadapan calon istriku?"

Seokjin hanya mengamati Jisoo dan Jimin dari kejauhan. Ia juga tidak tau apa yang sedang mereka bicarakan. Dan setelah beberapa saat hanya melihat dari kejauhan, Seokjin akhirnya mendekat ketika Jimin terlihat seperti sedang memaksa Jisoo dengan menahan lengan wanitanya. Bahkan berulang kali Jimin meraih tangan Jisoo dan Jisoo juga menepisnya.

"Permisi, Tuan." Ucap Seokjin saat menghampiri Jisoo dan Jimin. "Apa anda butuh sesuatu?"

"Aku tidak asa urusan denganmu." Jawab Jimin lalu pria itu kembali beralih pada Jisoo. "Kim Jisoo.. Tolong dengarkan penjelasan dariku."

"Jimin.. Tidak ada lagi yang perlu kau jelaskan! Semuanya sudah jelas." Sahut Jisoo. "Aku tidak mau bicara lagi denganmu! Pergi saja kau!"

"Kau harus mendengarkanku dulu." Jimin hendak meraih tangan Jisoo namun kini Seokjin yang menepisnya.

"Park Jimin-ssi.. Kau tidak dengar apa yang dikatakan Nona Jisoo? Dia tidak mau bicara denganmu."

"Siapa kau?" Pekik Jimin. "Kenapa mencampuri urusanku?"

"Aku--"

"Dia calon suamiku." Jawab Jisoo memotong ucapan Seokjin. Dan jawaban Jisoo sukses membuat Seokjin membolakan kedua netranya. "Jadi tolong pergi dari sini."

"Ah, jadi dia pria yang akan dijodohkan denganmu." Ucap Jimin. "Kau bilang sudah menolaknya, tapi apa tadi yang kau katakan? Dia calon suamimu? Aku tidak salah dengar, kan?"

"Dengar, Park Jimin.. Pergilah dari kehidupanku! Aku tidak mau lagi bertemu denganmu! Karena sebentar lagi aku akan menikah."

"Kau bohong, Kim Jisoo." Sahut Jimin. "Kau bilang kau tidak mencintainya. Tapi kenapa kau--"

"Aku tidak mau lagi berhubungan dengan pria yang berselingkuh di belakangku!" Pekik Jisoo yang membuat atensi orang-orang yang ada di lobi hotel kini menatap ke arah mereka bertiga. "Apalagi aku melihatmu bercinta dengan wanita lain! Aku tidak mau lagi--"

"Kim Jisoo.. Hentikan!" Sahut Seokjin memotong ucapan Jisoo. Ia sadar kini mereka menjadi pusat perhatian orang-orang. "Semua orang disini memperhatikanmu."

Jisoo hendak pergi, namun lagi-lagi Jimin menahannya.

"Apa lagi, Park Jimin!"

"Aku tidak akan melepaskanmu hingga kau mau mendengarkan penjelasan dariku, Kim Jisoo."

I'm The One You Should Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang