Terhitung sudah dua hari Jisoo dirawat di rumah sakit. Dan selama dua hari itu ia tidak bisa tidur saat malam. Jangankan tertidur, hanya sekedar memejamkan matanya saja ia tak bisa melakukannya. Semua itu karena bayi yang ada di dalam perutnya tak berhenti bergerak.
Saat malam hari, Jisoo mengusap sendiri perutnya berharap bayinya bisa tenang. Tapi memang darah lebih kental dari air. Darah daging Kim Seokjin itu memang tak akan bisa diam saat malam sebelum sang ayah mengusap perut ibunya.
Taehyung sudah menyarankan Jisoo agar meminta Seokjin datang dan mengusap perutnya saat malam barang sebentar. Tapi Jisoo tentu saja menolak. Ia masih belum ingin bertemu dengan Seokjin. Rasa kecewanya masih saja menguasai hatinya hingga ia belum mau menemui sang suami.
Karena sudah dua malam tidak tidur, lingkaran hitam di bawah mata Jisoo terlihat kentara sekali. Hal itu membuat Taehyung dan Jennie merasa iba padanya.
"Oppa, coba bujuk dia." Bisik Jennie pada Taehyung. Kini mereka berdua sedang menemani Jisoo di rumah sakit.
Taehyung menoleh ke arah Jisoo dengan tatapan sendu. Di satu sisi ia merasa kasihan dengan sang adik karena tidak bisa tidur. Tapi di sisi lain ia juga tidak tau akan bisa mengontrol amarahnya atau tidak saat bertatap muka dengan Seokjin.
Menyingkirkan segala ego dan amarahnya, Taehyung pun beranjak dari duduknya menghampiri Jisoo yang sedang duduk di atas brankar sambil membaca buku.
"Kim Jisoo.."
Panggilan dari Taehyung mengalihkan pandangan Jisoo. "Ya?"
"Apa kau tidak mau meminta Seokjin datang?" Tanya Taehyung ragu. Sebenarnya ia tau pasti Jisoo akan menolaknya, tapi setidaknya ia akan mencoba barang kali adiknya itu mau menerima sarannya. "Hanya saat malam saja. Agar bayimu bisa tenang dan kau bisa terlelap."
Jisoo menggelengkan kepalanya dengan tersenyum kecut. "Aku masih belum ingin menemuinya."
"Tapi--"
"Jangan khawatirkan aku, Oppa." Sahut Jisoo tak memberi kesempatan pada Taehyung berucap. "Aku baik-baik saja. Aku sama sekali tidak masalah jika aku tidak bisa tidur. Jika bayiku terus menendang itu artinya dia sehat, kan?" Jisoo mengakhiri ucapannya dengan kekehan meski yang terdengar oleh Taehyung dan Jennie adalah kekehan yang miris sekali. Sama sekali tidak lucu.
Taehyung menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia merasa tidak berguna sebagai kakak yang tidak bisa melakukan apa-apa untuk adik dan calon keponakannya itu.
"Ah, kapan Namjoon Oppa datang?" Jisoo mencoba mengalihkan topik pembicaraan. "Dia pulang dari Jepang hari ini, kan?"
Taehyung menyugar rambutnya yang sudah agak panjang itu ke belakang. "Mungkin sebentar lagi datang. Tapi Noona tidak bisa datang. Katanya Jiho sedang tidak enak badan."
"Kasihan sekali Jiho." Sahut Jisoo. "Pasti Eonni sangat sedih saat putranya sakit."
"Tentu saja!" Sahut Jennie yang ikut bergabung dengan pembicaraan sepasang kakak beradik itu. "Mana ada ibu yang tidak sedih saat anaknya sedang sakit?"
Seketika Jisoo memikirkan tentang dirinya dan juga bayinya.
Bagaimana nanti saat bayinya sakit Seokjin tidak ada di sisinya?
Apa ia bisa mengurus bayinya sendiri tanpa didampingi Seokjin?
Selama dirawat, pikiran-pikiran itu terus saja bermunculan di kepala Jisoo. Bahkan ia sendiri tidak sanggup membayangkan jika saja ia dan Seokjin benar-benar berpisah nanti.
"Kim Jisoo, kenapa kau menangis?" Jennie pun panik ketika melihat air keluar dari kedua netra Jisoo. "Kau baik-baik saja?"
Jisoo yang tadinya hanya mengeluarkan air mata kini malah terisak hingga dadanya naik turun karena merasakan sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The One You Should Love (END)
FanfictionAwalnya Kim Seokjin menolak dijodohkan dengan wanita pilihan ayahnya. Namun setelah tau siapa wanita yang akan dijodohkan dengannya, ia langsung menerimanya dengan antusias. Hampir setiap malam Kim Seokjin selalu berganti wanita. Tapi itu sebelum ia...