Warning 🔞
Bagi pembaca di bawah umur mohon diskip yg bagian akhir ya
Bijak dalam memilih bacaan guysSebelumnya klik tanda bintang di bawah
Happy readingTerhitung sudah satu minggu Seokjin menginap di rumah mertuanya. Dan selama itu pula Jisoo juga masih mendiaminya, hanya berbicara seperlunya. Tapi Seokjin tak mempermasalahkannya. Setidaknya ia masih bisa tidur satu ranjang dengan sang istri meski semalaman Jisoo tidur memunggunginya. Dan satu hal yang penting, Jisoo juga tidak menolak ketika Seokjin mengusap perut buncitnya sebagai rutinitas sebelum tidur.
Jisoo kini sedang duduk di meja rias sambil melakukan rutinitas malam sebelum tidur dengan mengaplikasikan beberapa pelembab malam pada kulit wajahnya. Lewat pantulan di cermin, sesekali Jisoo melirik ke arah Seokjin yang terlihat masih sibuk dengan tabletnya.
Sejak tadi Jisoo ingin menyampaikan sesuatu kepada Seokjin, namun ia berat dan merasa gengsi untuk berbicara.
"Apa ada yang ingin kau bicarakan denganku?" Tanya Seokjin.
Jisoo sedikit terkejut ketika Seokjin bisa membaca raut wajahnya. "Tidak."
Seokjin lantas beranjak dari atas ranjang lalu meletakkan tabletnya ke atas nakas. Ia pun berjalan menghampiri istrinya yang masih duduk di meja rias itu.
"Katakan saja," ucap Seokjin sambil memeluk Jisoo dari belakang. Seokjin cukup senang meski istrinya itu irit bicara, tapi Jisoo tak pernah menolak jika Seokjin ingin memeluknya.
"Besok jadwal cek kandungan ke dokter." Ucap Jisoo dengan nada sangat datar.
"Aku akan mengantarkanmu ke rumah sakit."
"Tidak perlu." Tolaknya. "Aku bisa meminta Jennie atau kakakku menemaniku."
"Tapi aku suamimu, aku ayah dari bayi yang ada di dalam sini." Seokjin mengusap perut buncit Jisoo.
"Ya, mungkin saja kau mau mengantarkan ibu dari anakmu yang lain ke rumah sakit." Sindiran Jisoo itu lantas membuat Seokjin menunduk. Lalu pria itu menggeser tubuh Jisoo dan kini ia berjongkok menghadap pada Jisoo.
"Maafkan aku," ucap Seokjin setelah mengecup sekilas punggung tangan Jisoo. "Kemarin itu di luar kehendakku. Aku benar-benar tidak bisa menjemputmu karena harus menghadiri meeting, tapi saat tiba disana tiba-tiba Dojun menelepon sambil menangis dan mengatakan kalau ibunya pingsan. Aku tidak bisa berpikir panjang dan langsung ke rumah mereka."
"Sudah berkali-kali kau menjelaskan itu padaku, asal kau tau." Sahut Jisoo. "Tapi entah kenapa aku masih kesal denganmu."
"Maaf.."
"Aku bingung dengan diriku sendiri," lanjut Jisoo. "Aku marah saat tau ternyata kau memiliki anak dengan wanita lain. Tapi di sisi lain aku juga merasa tidak bisa jauh darimu," air mata Jisoo mulai pun luruh dan dengan segera Seokjin menghapusnya.
"Jangan menangis, sayang. Kalau kau menangis itu membuatku sangat sakit disini." Ucap Seokjin sambil menunjuk pada dadanya sebelah kiri.
"Tadinya aku berpikir ingin berpisah darimu," Jisoo menjeda sejenak ucapannya. "Tapi jangankan berpisah, tidak bertemu denganmu sehari pun rasanya aku tidak sanggup."
"Jangan, jangan pernah berpikir untuk berpisah dariku." Sahut Seokjin. "Demi apapun, aku juga tidak bisa jauh darimu. Aku berjanji akan tetap berada di sampingmu, kita besarkan bayi kita sama-sama, ya?"
Seokjin menangkup kedua pipi Jisoo lalu mengecup bibir wanitanya. "Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkan kalian."
Kalian disini yang dimaksud Seokjin adalah Jisoo dan juga anak-anaknya termasuk Dojun. Memang tak bisa dipungkiri jika ia tak bisa lepas tanggung jawab begitu saja terhadap Dojun yang juga merupakan putra kandungnya. Terlebih kondisi Sowon yang semakin hari semakin lemah membuatnya juga harus lebih memperhatikan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The One You Should Love (END)
FanfictionAwalnya Kim Seokjin menolak dijodohkan dengan wanita pilihan ayahnya. Namun setelah tau siapa wanita yang akan dijodohkan dengannya, ia langsung menerimanya dengan antusias. Hampir setiap malam Kim Seokjin selalu berganti wanita. Tapi itu sebelum ia...