17. Honey Moon (?)

1.5K 108 22
                                    

Sesampainya di bandara Internasional Tokyo, Seokjin dan Jisoo sudah dijemput oleh seorang supir yang memang ditugaskan disana.

Dari bandara ke vila milik keluarga Seokjin, membutuhkan waktu sekitar satu jam berkendara dengan menggunakan mobil. Selama di mobil Jisoo hanya tidur untuk menghindari perbincangan dengan Seokjin. Karena menurutnya berada di Jepang bersama Seokjin saat ini hanyalah sesuatu yang sama sekali tak ia inginkan.

Sesampainya di vila, Seokjin dan Jisoo lantas turun dari mobil. Dan supir yang mengantarnya tadi mengeluarkan koper milik majikannya itu.

Disana sudah ada Paman Choi dan istrinya. Orang yang bertugas menjaga vila itu. Mereka menyambut Tuan mudanya itu dengan wajah senang.

"Aigo, Tuan muda.. Kau semakin tampan saja." Ucap Bibi Choi sambil memeluk Seokjin.

"Aku memang tampan sejak dulu, Bibi." Jawab Seokjin sedangkan Jisoo yang mendengar itu hanya memutar kedua bola matanya jengah.

"Aku tidak menyangka jika Tuan mudaku ini sudah menikah. Rasanya baru kemarin aku menggendongmu. Tapi ternyata sekarang kau sudah menjadi suami orang."

Bibi Choi dulu adalah pengasuh Seokjin saat masih bayi hingga remaja sebelum Kim Chunghee menugaskan Paman Choi untuk mengurus vila yang ada di Jepang. Dan bersama suaminya, Bibi Choi sudah bekerja di keluarga Kim bahkan sebelum Seokjin lahir.

"Ini istriku, Bi." Seokjin memperkenalkan Jisoo kepada Bibi Choi dan suaminya. "Kim Jisoo."

Jisoo pun bisa menempatkan dirinya dengan baik. Ia lantas maju dua langkah lalu memeluk Bibi Choi. Setiap kali Jisoo memeluk wanita yang sudah berumur, hatinya merasa hangat.

Ah, Jisoo jadi merindukan sosok neneknya. Sudah lama juga ia tak mengunjungi makam neneknya.

Seokjin yang melihat Jisoo memeluk Bibi Choi pun tersenyum senang. Ternyata meski pernikahan mereka hanya pernikahan kontrak menurut Jisoo, namun wanita yang sudah resmi menjadi istrinya ini bisa bergaul dengan orang-orang di sekitar Seokjin dengan mudah.

"Nona Jisoo cantik sekali." Pujian dari Bibi Choi itu sukses membuat pipi Jisoo memerah. "Tuan muda pandai mencari pendamping hidup."

Pendamping hidup?

Jisoo hanya mengulum bibir mendengar sebutan untuknya itu. Pendamping hidup.

"Tentu saja, Bi." Sahut Seokjin dengan bangganya. "Aku kan tampan, jadi pendamping hidupku juga harus cantik. Iya, kan, sayang?"

Jisoo seketika menatap tajam ke arah Seokjin karena pria itu sepertinya mengambil kesempatan dengan merangkul bahunya di hadapan Paman dan Bibi Choi. Seokjin yang sadar Jisoo merasa kesal, hanya mengedipkan kedua matanya seakan berkata tidak apa-apa, hanya di hadapan mereka saja.

"Mari kuantar ke kamar, Tuan muda.. Nona Jisoo."

Dengan masih merangkul Jisoo, Seokjin berjalan di belakang Bibi dan Paman Choi menuju ke kamar mereka.

"Tuan muda.. Nona.. Silakan istirahat dulu." Tutur Bibi Choi. "Aku akan menyiapkan makan malam untuk kalian."

"Bibi.. Terima kasih." Ucap Jisoo sebelum Bibi Choi keluar dari kamar mereka.

Dan saat Paman dan Bibi Choi sudah benar-benar keluar dari kamar, Jisoo lantas menyikut perut Seokjin yang sudah memanfaatkan kesempatan dengan melakukan skinship.

"Awhh.. Kim Jisoo, sakit!" Seketika Seokjin memekik kesakitan dan melepaskan tangannya dari bahu Jisoo.

"Mereka sudah pergi, jadi lepaskan tanganmu itu!" Sungut Jisoo. "Jika kau melakukan ini lagi, aku akan meminta denda seratus juta won setiap bagian tubuhku yang kau sentuh."

I'm The One You Should Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang