Weekend ini, Seokjin dan Jisoo lebih memilih menghabiskan waktu mereka hanya di rumah.
Kini Jisoo tengah duduk di atas stool bar dan kedua tangan ia lipat di atas meja sambil mengamati sang suami yang sedang memasak untuk makan siang mereka.
Sejak kemarin Jisoo ingin sekali makan samgyetang buatan suaminya.
Pada penglihatan Jisoo, Kim Seokjin nampak seksi dengan apron yang melekat sempurna pada tubuhnya. Dan Jisoo tak akan pernah bosan jika harus terus-terusan memandang pahatan sempurna dari Tuhan yang ada pada wajah sang suami.
Sungguh sempurna.
Ia berkali-kali mengucap syukur pada Sang Pencipta. Jisoo merasa beruntung karena pria dengan wajah tampan ini kini menjadi suaminya dan menjadi ayah dari anak yang sedang dikandungnya.
Sejak tadi senyum selalu mengembang pada bibirnya hingga Seokjin menyadarinya. "Sayang, kenapa kau menatapku seperti itu? Apa ada yang salah dengan wajahku?"
Ada yang salah dengan wajahnya? Apa suaminya sedang bercanda? Apa Seokjin tak sadar jika wajahnya sangat sedap dipandang? Bahkan dulu banyak gadis yang rela menyerahkan dirinya begitu saja kepada Seokjin termasuk dirinya juga.
Jisoo menggeleng sebagai responnya. "Entahlah, baby Kim ingin menatap ayahnya." Jisoo lalu mengusap perutnya yang terlihat sedikit membuncit itu.
Seokjin meletakkan spatulanya sejenak untuk menghampiri istrinya. Lalu ia mengecup singkat pucuk kepala, kening, kedua pipi, dan berakhir memberikan sedikit lumatan pada bibir Jisoo.
"Baby Kim atau mamanya, hmm?" Seokjin membungkukkan badannya mensejajarkan wajahnya pada perut sang istri lalu mengecup dan mengusap perut istrinya.
Sudah setiap hari Jisoo melihat sang suami mengecup dan mengusap perutnya seperti ini, tapi setiap kali Seokjin melakukannya, hatinya menghangat. Ia merasa Seokjin benar-benar telah menanti buah cinta mereka.
Kemudian Seokjin melanjutkan acara memasaknya. Dengan setia Jisoo tetap memandangi sang suami dengan senyum lebarnya.
Tapi tiba-tiba saja senyumnya memudar kala Jisoo kembali mengingat wajah Seokjin saat masih kecil yang sangat mirip dengan wajah Kim Dojun. Bahkan Jisoo sengaja meminta kepada Hoseok untuk mengirimkan foto Dojun. Dan benar saja, ketika ia menyandingkan foto Dojun dan Seokjin saat masih kecil, tak ada perbedaan sama sekali hanya saja bibir Dojun lebih tipis tak setebal bibir milik Seokjin.
Memikirkan kemungkinan buruk itu, tiba-tiba saja membuat perutnya mual. Membayangkan jika saja Seokjin memang benar-benar ayah kandung Dojun. Apalagi hingga kini Jisoo tak tau siapa ayah dari Dojun.
Jisoo segera berlari ke arah toilet yang ada di dekat dapur sambil membekap mulutnya. Seokjin yang tadinya disibukkan dengan masakannya pun dialihkan dan langsung menyusulnya ke toilet.
"Sayang.."
Dengan sigap tangan kiri Seokjin menggenggam rambut Jisoo agar tak kena muntahan dan tangan kanannya memijit lembut tengkuk Jisoo. Ia pikir di kehamilan yang sudah memasuki usia dua puluh satu minggu sudah tidak akan muntah lagi, namun kenyataannya Jisoo sering kali masih mual-mual. Dan ia cukup khawatir melihatnya. Setiap kalu Jisoo muntah, pasti wajahnya menjadi pucat. Nafsu makannya berkurang bahkan kadang tak selera makan.
Kalau saja bisa, rasa mual yang dirasakan istrinya itu Seokjin mau menggantikannya.
"Apa perlu ke dokter?" Tanya Seokjin saat Jisoo membasuh mulutnya dengan air. Dan Jisoo hanya menggeleng. Benar saja, wajahnya menjadi sedikit pucat. "Aku tidak tau apa ini wajar atau tidak, tapi kenapa kau masih saja sering merasa mual, sayang? Yang dokter pernah bilang, rasa mual itu akan hilang jika sudah memasuki trimester kedua."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The One You Should Love (END)
FanficAwalnya Kim Seokjin menolak dijodohkan dengan wanita pilihan ayahnya. Namun setelah tau siapa wanita yang akan dijodohkan dengannya, ia langsung menerimanya dengan antusias. Hampir setiap malam Kim Seokjin selalu berganti wanita. Tapi itu sebelum ia...