Extra Chapter

1.2K 86 18
                                    

Hai, ada yg masih inget cerita ini nggak?
Hehe, maaf baru sempet bikin extra chapter nya..
Semoga bisa menemani malam minggu kalian 🤗

Sebelumnya jangan lupa klik bintangnya..
Happy reading..









Mungkin satu bulan? Atau lebih?

Jisoo lupa kapan tepatnya Seokjin seperti tidak lagi perhatian kepadanya.

Awalnya ia baik-baik saja, menganggap perlakuan Seokjin hanya terlalu mencintai anak-anaknya. Jisoo sama sekali tidak keberatan jika Seokjin begitu dekat dengan Dojun dan Nara. Memang siapa yang tidak menghangat ketika melihat ayah dan anak-anaknya terlihat begitu dekat? Jisoo pun merasa begitu.

Tapi, ada satu masa dimana ia ingin sekali dimanja juga. Meski harus sadar diri karena ia kini seorang ibu, Jisoo juga terkadang ingin sekali disayang seperti saat mereka masih berdua.

Kalau saja Seokjin masih perhatian kepadanya, paling tidak menanyakan kabarnya ditengah ruang obrolan mereka, mungkin Jisoo tidak akan merasa begini. Tapi nyatanya tidak. Seokjin selalu menanyakan Dojun ataupun Nara di setiap kesempatan yang mereka habiskan saat mereka berjarak.

Seokjin akan sibuk bertanya Dojun atau Nara sedang apa. Atau ia meminta tolong kepada Jisoo untuk mengirimkan foto kedua buah hati mereka tanpa bertanya tentang Jisoo sedikitpun. Sedikitnya, ia pun merasa terasingkan.

Malam ini, Seokjin pulang lebih awal. Pria berbahu lebar itu langsung bergegas ke arah kamar setelah menyapa Dojun dan Nara.

Beberapa saat kemudian Seokjin datang dengan pakaian rumahan yang lebih santai. Pria beranak dua itu langsung bergabung dengan Dojun dan Nara yang sibuk bermain di atas karpet berbulu. Dojun yang sedang sibuk menata puzzle yang baru saja ia dapatkan dari ayah Seokjin. Sedangkan Nara duduk di baby seat sambil menonton televisi yang saat itu sedang menayangkan kartun pororo kesukaannya.

“Dojun sedang main apa, nak?” Tanya Seokjin saat ia duduk di samping Dojun lalu ia juga mengecup singkat pipi gembul Nara yang duduk di sebelahnya.

"Tadi kakek membelikan puzzle Iron Man ini, Appa."

Dua detik kemudian Seokjin ikut bergabung dengan Dojun membantu menyusun puzzle yang masih bercampur di dalam sebuah wadah dengan sesekali mengajak Nara berbicara karena bocah perempuan berusia tujuh bulan itu juga sepertinya ingin ikut bergabung bersama dengan kakak dan ayahnya.

Oppa, apa kau ingin makan malam sekarang?” Tanya Jisoo yang ikut bergabung dengan ketiganya.

Kemudian Seokjin menoleh sejenak, menggeleng kecil, dan kembali sibuk menyusun puzzle. Hal itu membuat Jisoo menghela nafas kecil. Ia sendiri belum makan, menunggu Seokjin pulang agar bisa makan bersama. Tapi sepertinya suaminya itu sama sekali tidak berniat makan bersama dengannya.

“Aku belum makan.” Ucap Jisoo lirih.

“Makan saja sayang, apa aku harus meyuapimu?"

Meski Seokjin berucap dengan kekehan, Jisoo tetap dibuat tertegun dengan jawaban suaminya itu. Ia kira Seokjin akan mengajaknya makan, atau berbasa-basi. Tapi tidak. Pria itu seperti sudah tidak peduli dengan Jisoo sama sekali.

Maka, Jisoo berlalu ke arah dapur. Mendudukkan dirinya di atas kursi. Mengambil nasi dan semua lauk yang ia butuhkan. Melahap nya dengan perasaan sendu.

Sejujurnya Jisoo ingin menangis. Ia merasa kalau Seokjin benar benar melupakannya. Akhir-akhir ini ia sangat sensitif sekali, belum lagi ini adalah minggu-minggu datang bulannya. Yang sudah pasti perasaan nya semakin tidak menentu.

I'm The One You Should Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang