Arga kembali ke Poso tak lama setelah mediasi menemui kata sepakat. Dengan tahunya jika dia adalah anak dari seorang Artha Yudha Pratama dan sedikit gertakan, warga masyarakat bersedia menerima mereka sebagai pelaksana. Membiarkan pembukaan jalan seperti yang ditetapkan tanpa ada lagi penolakan.
Mudah sekali membalikan keadaan jika sudah mengetahui siapa lawan yang dihadapi sekarang. Meski dengan itu dia harus membayar mahal dengan emosi yang banyak juga cukup menguras tenaga. Ketenangan juga kembali terkoyak. Hidupnya yang datar seakan sedang menaiki bukit yang terjal, seolah menaklukkan sang Ayah sebagai puncak tertinggi adalah tujuannya sekarang.
Belum lagi, beberapa hari sebelum keberangkatan, sebuah kenyataan yang ditunggu sekian lama akhirnya terkuak. Cerita awal yang menjadi kehancuran keluarganya. Ya, sesuai dugaan. Ayahnya hanya menumbalkan Aksa demi keinginan. Satu hal yang membuat adiknya menderita hingga akhir hayat. Apakah benar dia adalah anak hasil selingkuhan sehingga Ibu dengan semena-mena berlaku kejam padanya. Walau kenyataan Aksa tak mempermasalahkan di bibir, alam bawah sadar terus menyuarakan keingintahuan, anak siapa dirinya di saat-saat terlemah. Lalu saat kematian merenggut, dia pergi tanpa mendapatkan kebenaran.
Arga mengepalkan kedua tangan, meredam emosi yang berkobar-kobar hanya dengan membayangkan besok pagi ayahnya akan menemui. Jika boleh, nanti malam pun dia sanggup melayani, hanya saja keadaan tak memungkinkan. Rupanya Artha Yudha Pratama begitu banyak acara, bahkan lebih dari sebelum mereka masih hidup bersama.
Menyandarkan kepala di bantalan kursi, kepalanya mendadak berdenyut hebat. Apalagi saat mendengar suara sang ayah, jantungnya tak berhenti berpacu dengan emosi yang menggelegak.
"Capek, Pak?" tanya lelaki bernama Khairudin. Lelaki Jawa yang kedudukannya setara dengannya, kepala lapangan. Hanya karena Adi sahabatnya, dia terkadang harus merangkap jabatan sebagai site manager dadakan untuk menggantikan. Jobdesknya tak jelas, sesuai pesanan dan mau tak mau dia harus melakukan.
"Jangan bilang padanya apa yang terjadi tadi. Cukup katakan masyarakat berubah pikiran atau kita menerima persyaratan dari mereka. Terserah kamu akan mengatakan apa syarat yang diajukan."
Mendengar ucapan Arga, lelaki yang berada di depan kemudi menelan ludah. Dia tahu siapa yang dimaksud oleh lelaki yang duduk di kursi sebelahnya. Siapa lagi kalau bukan Adi. Pemegang jabatan tertinggi. Namun apakah dia sanggup melakukannya? Bukankah dirinya seolah dipaksa bungkam di hadapan orang yang jauh lebih berkuasa. Seharusnya Arga tahu jika taruhannya jauh lebih besar. Bagaimana jika seandainya justru dia dipecat dari jabatan jika ketahuan berdusta. Walau dia juga tak paham mengapa Arga harus mengancamnya untuk bungkam. Apakah kenyataan jika pihak lawan adalah ayahnya cukup bermasalah? Dia benar-benar tak paham, karena kenyataan hubungan yang terjadi justru memperlancar mediasi.
"Kenapa? Kamu tak berani?" Tak mendapat jawaban, Arga menoleh dengan geram.
Mendapat pertanyaan yang sama susahnya untuk dijawab, lelaki itu hanya fokus dengan jalanan di hadapannya.
"Apa kamu takut dipecat?"
"B-baik, Pak." Tak ada kata lain yang keluar kecuali mengiyakan permintaan. Jika pun akhirnya Adi mengintrogasi lebih lanjut dan semua terbongkar. Toh dia sudah kembali ke lapangan. Tak akan ada lagi kesempatan berjumpa dengan Arga. Ya, itu hanya sedikit harapan jika lelaki di sampingnya tak datang untuk kedua kali. Jika pun takdir kembali mempertemukan mereka, hanya ucapan permintaan maaf yang bisa dilakukan. Tentu saja dia harus beralasan jika pekerjaan itu adalah mata pencahariannya. Lelaki di sampingnya saja mampu memanipulasi, tentu dia juga bisa melakukan hal yang sama. Bukankah mereka juga sama-sama bertahan dari kerasnya kehidupan?
Perjalanan panjang bagi mereka berdua. Dengan isi kepala yang saling berseteru tegang terhadap apa yang terjadi barusan. Sesekali Khairuddin melirik Arga yang tampaknya masih belum bisa menguasai emosi. Entah oleh apa. Niatnya ingin mengajak bercerita seketika buyar. Tak ada yang dilakukan kecuali terus mengemudi hingga ke kota.
![](https://img.wattpad.com/cover/331047552-288-k372831.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga ; Repihan Rasa TAMAT (sekuel Arga; Pusaran Sesal
RomanceSeri kedua Arga ; pusaran sesal Tentang cinta yang salah menyapa, rindu pada yang telah pergi juga dendam yang tak seharusnya tumbuh. Setelah kematian Aksa. Arga menyibukkan diri untuk mengalihkan rasa sakit akibat kehilangan dengan bekerja. Hingga...