3. Berhadapan

19.3K 905 2
                                    

Langkahnya terhenti saat satu suara meneriaki dirinya. Nara mengenal suara itu, Nara juga sadar bahwa orang yang dimaksud adalah dirinya. Wajahnya ia tundukan. Dengan segera berbalik badan menghadap sumber suara. Nyalinya hilang, saat Nara memandang Tio dengan gerombolannya yang sedang melihat dirinya dengan tatapan yang tajam di ujung sana.

Jam menunjukan pukul dua siang, dimana event lelang ini telah selesai dan beberapa panitia yang sibuk untuk menutup acara bahkan merapihkan property yang telah dipakai. Berbeda dengan panita lainnya, segerombolan mahasiswa itu tidak ikut membantu mungkin bukan tugasnya, mereka hanya berduduk santai memenuhi ruangan. Nara melihat sekiranya ada enam orang yang berada mengelilingi meja tersebut.

Nara berusaha dengan langkah yang tenang mendekati gerombolan di mana Tio berada, ia menyingkirkan kondisinya yang telah melewatkan jam makan siang, menahan perih di perutnya, berharap perbincangan dengan pria ini tidak memakan waktu yang lama.

Mendengar namanya dipanggil Nara berbalik dengan dua kotak nasi ditangannya. "Titip bentar," ucapnya kepada Jasmine.

"Kamu mau ke mana emang, Ra?"

"Nemuin ka Tio, lo jangan kemana-mana."

"Aku ikut," pinta Jasmine.

"Bentaran doang, mau minta maaf."

Dengan keberanian yang dimiliki, Nara menemui Tio yang berada di sudut ruangan.

"Hai," sapa Tio dengan smirk yang ditampilkannya.

"Permisi Kak, saya Nara ingin meminta maaf atas kesalahpaham yang terjadi dua hari lalu."

"To the point banget, kenapa? Pengen buru-buru pergi?" tanya Tio, tampilan laki-laki ini memang terlihat dingin dan sedikit mengintimidasi tapi tidak dengan hatinya. "Anjinglah, cantik banget." Jika dituliskan, seperti inilah ucapan hati Tio.

"Iya ka, gue belom lunch."

"Tadi tuh dikasih waktu isoma, nggak usah alesan deh lo!" pungkas Tio.

"Maaf." Nara mulai melemahkan suaranya, perutnya terasa perih seperti terbakar.

"Yo, biarin mereka makan siang dulu," ucap seseorang yang berada dikumpulkan itu. Ada perasaan senang dihati Nara karena suara yang membelanya terucap dari mulut Arjuna Bagaskara. "Noh liat, temennya juga belom makan siang," tambahnya.

"Ya udah cepet aja, gue cuma pengen tau alesan lo gebukin gue apa? Lo tuh cantik tapi sifat lo bar-bar kayak preman." Tio menekankan kata preman pada kalimatnya, yang membuat semua atensi berpindah ke wanita yang berdiri dihadapannya ini.

Nara mendengar banyak tawaan di telinganya, hatinya teriris, dirinya serasa dipermalukan dengan sangat oleh laki-laki dihadapannya.

Nara mengangkat wajahnya, niat hati ingin membela diri tetapi ia hanya membisu saat melihat seseorang yang disukai ikut tersenyum akan lelucon dari temannya.

"Jawab atuh neng!" ledek Tio. "Jangan bilang gaya preman lo dipake buat ngebully?"

"KAK!" seru Nara.

"Woow, berani lo ngebentak gue? Nggak diajarin sama orang tua lo buat sopan sama yang lebih tua?"

"Ini urusan gue sama lo, Kak! gak usah bawa-bawa orang tua!" emosi Nara sudah terpancing. "Sekarang gue harus apa biar lo mau maafin gue?"

Terbesit ide jahil di kepala Tio. "Jadi babu gue seminggu?" Nara mengerutkan dahinya. "kenapa? Gak terima lo?" tanya Tio.


"Emang ada yang terima dijadiin babu?"

"Emang gue terima digebukin tanpa alesan? Hei cantik, gara-gara lo, gue nggak jadi model di event ini, gara-gara lo juga gue diamuk Faya!"

Nara menghela nafasnya. "Oke. Sekali lagi gue minta maaf buat kesalahpahaman kemarin Kak, gue pamit." Nara berjalan meninggalkan kumpulan itu.

Setengah jalan menuju Jasmine, dirasa perutnya mulai bereaksi, asam lambungnya naik, perih dan mual menerjang. Nara memutuskan untuk berjongkok.

Khawatir, Jasmine sedikit berlari menuju Nara, dirinya ikut berjongkok. "Tuh kan, kumat," ucap Jasmine dengan lembutnya. Disisi lain ada Juna yang tersenyum melihat kejadian tersebut.

"Heh! Jangan bilang belom makan siang?" tanya Faya yang tiba-tiba ikut berjongkok dibarengi satu toyoran ke kepala Nara.

Hari ini terlalu banyak perasaan yang Nara rasakan, emosinya terkuras, sakit maagnya menyapa, alasan dirinya dan Jasmine tidak ikut isoma dikarenakan MUA untuk dua model wanita terakhir tidak bisa hadir, jadi Nara membantu untuk mem-back up-nya.

feel so fine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang