33. Hadapi Saja

10.3K 509 11
                                    

Hari Nara bukan semakin baik justru terasa melelahkan.

Sedikit berlari ke arah gerbang kampus, Nara memutuskan untuk bolos kembali. tubuhnya tersentak kaget saat menabrak satu sosok yang dikenalnya. “Maaf,” ucapnya.

“Nar, mau ke mana?” Nara kenal suara itu.

“Mau cabut,” balas Nara.

“Ikut dong.”

“Lo gila, Kak?”

“Dean. Yuk cabut bareng Nara,” Nathan menarik Dean untuk ikut bersamanya.

Dean bingung bukan main, ditatapnya Nara yang kini terpaku di hadapan Nathan. “Mau cabut ke mana?” tanya Dean.

“Dufan!”

Dean dan Nathan terdiam ketika kata dari Nara tertangkap di inderanya.

Nara berjalan mendahului kedua pria itu menuju parkiran kampus lebih tepatnya menuju mobil milik Dean. “Jadi kan?” tanya sekali lagi.

Saat ini Dean tersenyum melihat Nara yang sudah tidak marah lagi kepadanya.

Wanita itu benar berusaha memperbaiki hubungannya dengan Dean.

Hening yang tercipta di sepanjang perjalanan membuat suasana menjadi tidak menyenangkan bagi ketiganya, pria yang menyetir kini memberanikan diri untuk membuka obrolan di antara mereka. “Lo udah sarapan, Ra?” kepala Dean sedikit terangkat untuk melihat pantulan Nara dari kaca spion bagian tengah.

Nara menggelengkan kepala, harinya sudah terlalu buruk sampai-sampai melupakan sarapan paginya.

“Oke, drive true aja, lo mau apa?” tanya Dean.

“Samain aja sama lo, Kak!” jawab Nara.

Memesan beberapa menu dan melanjutkan perjalanan ke tujuan awal.

Nathan dan Nara terlihat asik mengunyah sedangkan Dean masih fokus di balik kemudi miliknya. “Sambil pesen tiketnya dong,” sindir Dean.

“Tenang, udah,” jawab Nathan santai.
Ketiganya turun dari mobil dan mulai menjelajahi taman wahana tersebut, disambut nyanyian khas dan beberapa penjaga di pintu masuk.

Nara memimpin langkah hingga terlupa bahwa matahari sudah berada di atas kepala mereka, ketiganya telah menaiki bermacam-macam wahana, mereka tidak menghitung banyaknya wahana yang sudah di coba sampai-sampai lelahnya menyapa.

Tanpa disadari Dean dan Nara mulai memperbaiki kembali hubungan mereka, obrolan dan tawa itu menjadi bukti.

Walau sinar matahari terasa terik namun angin yang hadir membuat udara terasa sedikit sejuk. “Gue denger lo ikut event yang bareng Gama?” tanya Dean yang kini berjalan di samping Nara. “Abis Jogja ke mana, Ra?”

“Bandung.”

Mereka berjalan menuju kedai kecil untuk mengisi perut yang sudah terasa lapar. “Kuliah lo?” tanya Dean serius.

“Nggak ganggu kok, Kak.”

“Berapa kota, Ra?”

“Empat doang, sehabis Bandung terus ke Jakarta terakhir Surabaya,” tutur Nara.

“Berarti sibuknya setiap minggu?” pertanyaan Dean mendapatkan anggukan kepala dari Nara.

“Lo sibuk apa ngehindar, Nar?” Nathan berucap sembari mendudukan dirinya di kursi sebuah kedai makan yang ada di dalam Dufan, sedangkan Dean langsung pergi memesan makanan untuk ketiganya.

Pandangan lekat itu Nara berikan kepada Nathan yang duduk tepat di hadapannya. “Lo itu cenayang, kan?”

Nathan tertawa geli, terlihat ada senyum kemenangan yang tercipta. “Nar?” panggil Nathan serius. “Make up yang lo pakai memang mampu nutupin perasaan lo, apalagi nutupin mata lo yang bengkak itu. Tapi make up lo nggak mampu nutupin prilaku lo yang menjauh. Lo nggak jago.”

feel so fine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang